BAB I
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
A.
Pekembangan
Keperawatan
Sejarah
perkembangan keperawatan dapat dilihat dari dua tinjauan : Pertama, ditinjau dari perkembangan keperawatan di Dunia Kedua,
perkembangan keperawatan di Indonesia.
1.
Sejarah Perkembangan Keperawatan
a.
Sejarah Perkembangan Keperawatan di
Dunia
Perkembangan keperawatan di dunia dapat dimulai :
1)
Sejak zaman manusia diciptakan (manusia
itu ada) di mana pada dasarnya manusia diciptakan telah memiliki naluri untuk
merawat diri sebagaimana tercermin pada seorang ibu. Naluri yang sederhana
dalam hal ini adalah menyusui anaknya perawat harus memiliki naluri keibuan (mother instinct). Perawat dalam
memberikan perawatan (caring) harus
dengan penuh kasih sayang, ketulusan, dan keikhlasan, sebagaimana dapat dilihat
pada seorang ibu yang merawat anaknya.
Setelah itu
bergeser ke zaman purba di mana pada saat itu orang purba masih percaya pada
suattu tentang adanya kekuatan alam atau pengaruh kekuatan gaib sehingga timbul
keyakinan bahwa jiwa yang jahat akan dapat menimbulkan kesakitan dan jiwa yang
sehat dapat menimbulkan kesehatan atau kesejahteraan. Setelah zaman purba
dilanjutkan dengan zaman dimana orang mulai menaruh kepercayaan pada dewa-dewa
di mana pada masa itu penyakit dianggap disebabkan kemarahan dewa sehingga
kuil-kuil didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta
kesembuhan tersebut dengan batuan priest
physician. Kemudian perkembangan keperawatan terus mengalami perubahan
dengan adanya diakones dan philantrop yang merupakan suatu kelompok wanita tua
dan janda yang membantu pendeta dalam merawat orang sakit serta kasih sayang
yang anggotanya menjauhkan diri dari keramain dunia dan hidupnya ditujukan pada
perawatan orang yang sakit sehingga akhirnya berkembanglah rumah-rumah perawatan
dan akhirnya mulailah awal perkembangan ilmu keperawatan.
2)
Zaman keagamaan, perkembangan
keperawatan ini mulai bergeser kearah spiritual dimana seseorang yang sakit
dapat disebabkan karena adanya dosa atau kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah
tempat-tempat ibadah, sehingga pada waktu itu pemimpin agama dapat disebut
sebagai tabit yang mengobati pasien karena ada anggapan yang mampu mengobati
adalah pemimpin agama sedangkan pada waktu itu perawat dianggap sebagai budak
yang hanya membantu dan bekerja atas perintah agama.
3)
Zaman masehi, keperawatan dimulai pada
saat perkembangan agama Kristen, dimana pada saat itu banyak membantu diakones
(deaconesses), suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk mengunjungi orang
sakit sedangkan laki-laki (diakon) diberikan tugas dalam memberikan perawatan
untuk mengubur bayi yang meninggal, sehingga pada saat itu berdirilah rumah
sakit di Roma seperti Monastic Hospital. Pada saat itu rumah sakit digunakan
sebagai tempat merawat orang sakit, orang cacat, miskin, janda-janda yatim
piatu. Pada saat itu pula di daratan benua Asia, khususnya di Timur Tengah,
perkembangan agama Islam.
4)
Zaman permulaan abad 21, pada permulaan
abad ini perkembangan keperawatan berubah, tidak lagi dikaitkan dengan faktor
keagamaan akan tetapi berubah kepada faktor kekuasaan, mengingat pada masa itu
adalah masa perang dan terjadi eksplorasi alam sehingga pesatlah perkembangan
pengetahuan. Pada masa itu tempat ibadah yang dahulu digunakan untuk merawat
orang sakit tidak lagi digunakan.
5)
Zaman sebelumnya perang dunia kedua,
pada masa perang kedua ini timbul prinsip rasa cinta sesama manusia di mana
saling membantu sesama manusia yang membutuhkan. Pada masa sebelum perang dunia
kedua ini tokoh keperawatan Florence Nightingale (1820-1919) menyadari adanya
pentingnya suatu sekolah untuk mendidik para perawat. Florence Nightingale
mempunyai pandangan bahwa dalam mengembangkan keperawatan perlu dipersiapkan pendidikan
bagi perawat, ketentuan jam kerja perawat dan mempertimbangkan pendapat
perawat. Usaha Florence adalah dengan menetapkan tujuan pendidikan perawat
serta menetapkan pengetahuan yang harus dimiliki para calon perawat. Florence
dalam merintis profesi keperawatan diawali dengan membantu para korban akibat
perang krim (1854-1856) antara Roma dan Turki yang dirawat disebuat barak rumah
sakit Thomas di London dan juga mendirikan sekolah perawatan dengan nama
Nightingale Nursing School. Mereka yang sekolah di Florence Nigthingale harus
tinggal di asrama, dengan demikian waktu mereka direatur sedemikian rupa untuk
melatih kedisiplinan dalam hal kerja perawat.
6)
Masa selama perang dunia kedua, selama
masa perang ini timbul tekanan bagi dunia pengetahuan dalam penerapan teknologi
akibat penderitaan yang panjang sehingga perlu meningkatkan diri dalam tindakan
perawat mengingat penyakit dan korban perang yang beraneka ragam.
7)
Masa pasca perang dunia kedua, masa ini
masih berdampak bagi masyarakat seperti adanya penderitaan yang pangjang akibat
perang dunia kedua, dan tuntutan perawat
untuk meningkatkan masyarakat sejahtera semakin pesat. Sebagai contoh di
Amerika perkembangan keperawatan pada masa itu diawali adanya kesadaran akan
pentingnya kesehatan, pertambahan penduduk yang relatif tinggi sehingga
menimbulkan masalah baru dalam pelayanan kesehatan, pertumbuhan ekonomi yang
mempengaruhi pola tingkah laku individu, adanya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi kedokteran dengan diawali adanya penemuan-penemuan obat-obatan
atau cara-cara untuk memberikan penyembuhan pada pasien, upaya-upaya dalam
tindakan pelayanan kesehatan seperti pelayanan kuratif, preventif dan promotifdan
juga terdapat kebijakan negara tentang peraturan sekolah perawat. Pada masa itu
perkembangan perawat dimulai adanya sifat pekerjaan yang semula bersifat
individual bergeser kea rah pekerjaan yang bersifat tim. Pada tahun 1948
perawat diakui sebagai profesi sehingga pada masa itu pula terjadi perhatian
dalam pemberian penghargaan pada perawat atas tanggung jawabnya dalam tugas.
8)
Periode tahun 1950, pada masa itu
keperawatan sudah mulai menunjukkan perkembangan khususnya penataan pada sistem
pendidikan. Hal tersebut terbukti di negara Amerika sudah di mulai pendidikan setingkat
master dan doctoral. Kemudian penerapan proses keperawatan sudah dimulai
dikembangkan dengan memberikan pengertian bahwa perawatan adalah suatu proses
(yang dimulai dari pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan pelaksanaan
evaluasi) yang harus dilakukan oleh perawat secara berkesinambungan (Aziz. A).
Maka sebenarnya dari
sinilah awal sejarah keperawatan dimana semuanya bersifat social dan
kemanusiaan. Sebagai seorang perawat jangan pernah mengharapkan imbalan dari
apa yang pernah diberikan kepada orang sakit (Altruisme).
b. Sejarah
Pekembangan Keperawatan di Indonesia
Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia telah
banyak dipengaruhi oleh kolonial penjajah diantaranya Jepang, Belanda,
Inggaris. Dalam perkembangannya di Indonesia dibagi menjadi dua masa
diantaranya :
1) Masa
sebelum kemerdekaan, pada masa itu Negara Indonesia masih dalam penjajah
Belanda. Perawat berasal dari Indonesia disebut sebagai verpleger. Dengan dibantu oleh zieken
oppaser. Sebagai penjaga orang sakit, perawat tersebut pertama kali bekerja
di rumah sakit Binneen Hospital yang terletak di Jakarta pada tahun1799 yang
ditugaskan untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda, sehingga
akhirnya pada masa Belanda terbentuklah dinas kesehatan tentara dan dinas
kesehatan rakyat. Mengingat tujuan pendirian rumah sakit hanya untuk
kepentingan Belanda, maka tidak diikuti perkembangan dalam keperawatan.
Kemudian pada masa penjajahan Inggris yaitu Rafless, mereka memperhatikan
kesehatan rakyat dengan motto kesehatan
adalah milik manusia dan pada saat itu pula telah diadakan berbagai
upaya dalam memelihara kesehatan diantaranya usaha dalam memelihara pencacaran
secara umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa yang mulanya
penderita jiwa dipasung dan sebagainya kemudian dirawat dengan cara
kemanusiaaan dan memperhatikan kesehatan pada para tawanan.
Beberapa rumah sakit di banging khususnya di Jakarta
yaitu pada tahun 1819, didirikan rumah sakit Stadsverband, kemudian pada tahun
1919 rumah sakit tersebut pindah ke Salembah dan sekarang dikenal dengan nama
RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), kemudian diikuti rumah sakit milik
swasta. Pada tahun 1942-1945 terjadi kekalahan tentara sekutu dan kedatangan
tentara Jepang. Perkembangan keperawatan mengalami kemundurun. Kemudian berdiri
pulah rumah sakit di kota Malang yang sekarang menjadi Rumah Sakit Jiwa.
2) Masa
setelah kemerdekaan, pada tahaun 1949 telah banyak rumah sakit yang didirikan
serta balai pengobatan dan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan
pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat, kemudian pada tahun 1962 telah
dibuka pendidikan keperawatan setingkat dengan sarjana yang dilaksanakan di
Universitas Indonesia dengan nama Program Studi Ilmu Keperawatan dan akhirnya
dengan berkembangnya Ilmu Keperawatan, maka terjadi sebuah Fakultas Ilmu
Keperawatan dan beberapa tahun kemudian diikuti berdirinya pendidikan
keperawatan setingkat S1 berbagai universitas di Indonesia seperti Bandung,
Yogyakarta, Surabaya, Malang dan lain-lain.
2. Pertumbuhan Profesi Keperawatan
Profesionalisasi
merupakan suatu proses menujuh kearah professional. Keperawatan sebagai suatu
profesi mengalami suatu perubahan. Dalam keperawatan proses perubahan tersebut
diawali dari prespsi pekerjaan yang sifatnya vokasional menuju ke pekerjaan
yang professional, demikian juga pendidikan yang dulunya bersifat vokasional
kemudian bergeser kearah pendidikan
profesional melalui pendidikan tinggi keperawatan. Pendidikan keperawatan di
mulai dengan adanya Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) kemudian berdirinya Diploma
III keperawatan hingga adanya jenjang S1 keperawatan dan kini sudah banyak
berdiri Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan.
Setelah lokkakarya pada
tahun 1983, proses menjadikan diri professional sudah mulai dirasakan dengan
adanya proses pengakuan dari profesi lainnya. Dalam menuju pengakuan tersebut
diperlukan langkah penting dalam penataan perawat menuju suatu profesi
diantaranya:
a.
Penataan Pendidikan Keperawatan
Pendidikan merupakan
unsure pertama yang harus dilakukan penataan kerana melalui pendidikan
perkembangan profesi perawat akan terarah dan berkembaang sesuai dengan
kemajuan ilmu dan teknologi sehingga tenaga keperawatan yang dihasilkan dapat berkualitas.
Dalam penataan pendidikan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut :
1)
Percepatan pertumbuhan pendidikan
keperawatan dalam sistem pendidikan nasional dengan menetapkan jenjang dan
jenis pendidikan keperawatan mulai dari jenjang pendidikan Diploma, Sarjana,
dan profesi yang dapat di gambarkan pada gambar
2)
Pengendalian dan pembinaan pelaksanaan
pendidikan pada pusat-pusat pendidikan perawatan. Pelaksanaan pengendalian
tersebut dilakukan dengan mengadakan pelaksanaan akreditasi pendidikan serta
penyesuaian standar pendidikan sesuai dengan pendidikan profesi keperawatan.
Dengan standarisasi kualitas melalui akreditas diharapkan pendidikan
keperawatan diharapkan pendidikan keperawatan akan semakin terarah dalam
pendidikan profesi, disamping itu pusat pendidikan dan latihan profesi
keperawatan perlu dikembangkan sesuai dengan arah kebijakan profesi keperawatan
3)
Pengembangan lahan praktek keperawatan
dilakukan dengan membentuk komunitas professional. Pengembangan ini dilakukan
untuk pencapaian kompetensi yang ada dengan menerapkan dengan pengalaman
belajar klinik dan lapangan bagi calon-calon perawat. Upaya tersebut dapat
dilakukan dengan membentuk komunitas keperawatan seperti pembagian komunitas perawat menjadi
divisi-diivisi, seperti kemunitas perawat divisi medikal bedah, divisi
maternitas, divisi anak, divisi, jiwa, divisi gawat darurat, divisi keperwatan
keluarga dan komunitas, divisi gerontik dan lain-lain, sehingga keperawatan
sebagainpendidikan profesi akan lebih terarah.
4) Pengembangan
dan pembinaan staf akademis menuju terbentuknya masyarakat akademis
professional. Hal tersebut dilakukan dengan melalui berbagai pengembangan bagi
staf untuk mengadakan penelitian sehingga akan dihasilkan berbagai karya untuk
kepentingan profesi keperawatan dan pengabdian pada masyarakat dalam rangka
menata bentuk aplikasi di masyarakat bagi profesi keperawatan.
Prog.Doctor
Ilmu Keperawatan
|
Pendidikan
Ners Spesialis
(Sp2)
|
Pendidikan
Ners Spesialis
(Sp1)
|
Program
Prog. Magister
|
Program
DIV
|
Program
DIII
|
Program
Ners (Ns)
|
Prog. S1
Keperawatan
(S,Kep)
|
b.
Penataan Praktek Keperawatan
Penataan praktek
keperawtan merupakan bentuk penataan profesi keperawatan menuju profesi yang
sejajar dengan profesi kesehatan yang lain, mengingat dengan menata bidang ini
lingkup praktek keperawatan akan lebih jelas dan terarah dalam praktek sebagai
profesi, dan dalam penataan praktek keperawatan tersebut, maka dapat dilakukan
upaya sebagai berikut :
1)
Pengembangan dan pembinaan pelayanan
asuhan keperawatan secara professional. Pengembangan ini dilakukan harus
berlandaskan ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah.
2)
Penyusunan dan pemberlakuan standar
praktek keperawatan. Penyusunan ini akan dilakukan dalam meningkatkan mutu asuhan
keperawatan sehingga dapat dipertanggung jawabkan melalui asuhan keperawatan
mandiri dan professional.
3)
Penerapan metode asuhan keperawatan
secara professional dengan memmperhatikan beberapa kode etik keperawatan
mrnggunakan asuhan professional.
c.
Penataan Pendidikan Berlanjut
Penataan pendidikan
keperawatan berkelanjutan merupakan syarat penting dalam mempercepat
profesionalisasi, kerena melalui pendidikan berkelanjutan keperawatan akan
selalu berkembang dan terarah dalam mengembangkan spesialisasi atau tingkat
kekhususan dalam profesi keperawatan (Aziz A). Untuk menuju penataan tersebut
dapat dilakukan :
1)
Pengembangan pola pendiidikan
berkelanjutan. Pengembangan pola ini diharapkan akan lebih memudahkan dalam
jangkaun dan pencapaian bagi komunitas perawat agar selalu menigkatkan diri
dalam perkembangan ilmu keperawatan.
2)
Penyusunan program pendidikan
berkerlanjutan yang disesuaikan dengan kebutuhan perawat. Proses ini dapat
dimulai dengan program sertifikasi dalam keterampilan atau keahlian khusus.
3) Pengembangan
kemampuan untuk melaksanakan pendidikan keperawatan melalui upaya pengembangan pendidikan
keperawatan melalui upaya pengembangan pendidikan keperawatan di beberapa
tempat.
d.
Penataan Organisasi Profesi Keperawatan
Penataan
organisasi juga merupakan penataan keperawatan sebagai profesi, mengingat
organisasi profesi merupakan sarana untuk komunikasi antar perawat professional
serta wadah dalam menyalurkan aspirasi dalam perkembangan keperawatan , dalam
menuju proses menjadikan diri kea rah professional serta menuju tertatanya
organisasi profesi tersebut yang dapat dilakukan dengan :
1)
Pembinaan organisasi profesi
keperawatan. Pembinaan tersebut dilakukan dalam rangka agar organisasi profesi
tersebut mampu melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai organisasi
profesi melalui pembinaan pengembangan pelayanan asuhan keperawatan,
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
2)
Peningkatan kemampuan organisasi profesi
keperawatan, dengan melaksanakan tanggung jawab dalam pendidikan keperawatan, berkelanjutan
penyusunan standar praktek keperawatan serta penyusunan atau pemberian
pengakuan atas legalisasi dalam pelaksanaan praktek keperawatan.
3)
Pembinaan organisasi profesi
keperawatan. Dengan pelaksanaan ini diharapkan organisasi profesi bias diakui
secara benar-benar menjadi organisasi profesi sebagaimana organisasi profesi
lainnya serta mempu mengendalikan profesionalisasi keperawatan.
e. Penataan
Lingkungan untuk Perkembangan Keperawatan Lingkungan
Penataan lingkungan untuk perkembangan keperawatan
lingkungan merupakan sesuatu yang penting dalam penerapan atau pengembagan
profesi, kare3na dengan pengakuan dari lingkungan, maka profesi keperawatan
akan semakin cepat berkembangan kearah terciptanya lingkungan yang profesional.
Upaya keperawatan dalam menata lingkungan tersebut dapat dilakukan kegiatan
sebagai berikut:
1) Melaksanakan
desiminasi pengertian tentang keperawatan professional dengan menjelaskan
lingkup peran dan tanggung jawab serta kewenangan profesi keperawatan kepada
masyarakat.
2) Mmenciptakan
kesempatan bagi profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan keperawatan
dengan sikap professional.
3) Memberlakukan undang-undang dalam penerapan
praktek keperawatan professional sehingga segala kendala dan hambatan dapat
diatasi secara langsung.
4) Memberikan
kepercayaan pada masyarakat untuk melaksanakan program praktek keperawatan agar
diakui oleh masyarakat (Husin, M.1999)
B.
Keperawatan
Sebagai Profesi
Keperawatan sebagai profesi merupakan
salah pekerjaan di mana dalam menentukan tindakannya didasari pada ilmu
pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya. Bentuk
asuhan keperawtan ini sendiri merupakan suatu proses dalam praktek keperawtan
yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanen kesehatan,
dengan menggunakan metodolodi proses keperawatan, berpedoman pada standar
keperawatan, dilandasi etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung
jawab keperawatan. Praktek keperawatan juga merupakan tindakan mandiri perawat
professional melalui kerja sama berbentuk kolaborasi ddengan pasien dan tenaga
kesehatan lainya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya (Aziz. A).
Berdasarkan penggunaan asuhan
keperawatan dalam praktek keperawatan ini, maka keperawatan dapat dikatakan
sebagai profesi yang sejajar dengan profesi dokter, apoteker, dokter gigi, dan
lain-lain. Dengan demikian keperawatan dapat dikatakan sebagai profesi karena
memiliki :
1.
Landasan Ilmu Pengetahuan yang Jelas (Scientific nursing)
Landasan
ilmu pengetahuan keperawatan yang dimaksud itu adalah pertama, memiliki cabang
ilmu keperawatan diantaranya ilmu keperawatan dasar yang terdiri dari konsep
dasar keperawatan, keperawatan professional, komunikasi keperawatan,
kepemimpinan dan manajemen keperawatan, kebutuhan dasar manusia, pendidikan
keperawatan, pengantar riset keperawatan dan dokumentasi keperawatan; Kedua,
cabang ilmu keperawatan klinik meliputi keperawatan anak, keperawatan
maternitas, keperawatan medikal bedah, keperawatan jiwa, keperawatan gawat
darurat; Ketiga, cabang ilmu keperawatan komunitas meliputi keperawatan
komunitas, keperawatan keluarga, keperawatan gerontik; dan Keempat, kelompok
cabang ilmu penunjang meliputi kelompok ilmu humaniora, ilmu alam dasar, ilmu
perilaku, ilmu social, ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, dan ilmu
kedokteran klinik.
2.
Memiliki Kode Etik Profesi
Kode
etik keperawatan pada tiap negara berbeda-beda akan tetapi pada prinsipnya
adalah sama yaitu berlandaskan etika keperawatan yang dimilikinya, dan di
negara Indonesia memiliki kode etik keperawatan yang telah ditetapkan pada
musyawarah nasional dengan nama kode etik keperawatan Indonesia.
a. Kode
Etik Keperawatan Indonesia
Dalam kode etik keperawatan Indonesia
yang telah diputuskan oleh Musyawarah Nasional VI Persatuan Perawatan Nasional
Indonesia terdiri dari bagian mukadimah, tanggung jawab perawat dan klien,
perawat dan praktek, perawat dan masyarakat, perawat dan teman sejawat, perawat
dan profesi lain. Adapun isi kode etik keperawatan di Indonesia adalah sebagai
berikut :
1) Mukadimah
Sebagai profesi yang turut serta
mengusahakan tercapainya kesejahteraan fisik, material, dan mental spiritual
untuk makhluk insane dalam wilayah Republik Indonesia, maka kehidupan profesi
keperawatan di Indonesia selalu berpedoman kepada sumber asalnya yaitu
kebutuhan masyarakat Indonesia akan pelayanan keperawatan. Warga keperawatan di
Indonesia menyadari bahwa kebutuhan akan keperawatan bersifat universal bagi
klien (individu, keluarga, dan masyarakat), oleh karenanya pelayanan yang
diberikan oleh perawat selalu berdasarkan kepada cita-cita yang luhur, niat
yang murni untuk keselamatan dan kesejahteraan umat tanpa membedakan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan
agama yang dianut serta kedudukan social. Dalam melaksanakan tugas pelayanan
keperawatan kepada klien, cakupan tanggung jawab perawat Indonesia adalah
meningkatkan derajat kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengurangi dan
menghilangkan penderitaan serta memulihkan kesehatan yang kesemuanya ini
dilaksanakan atas dasar pelayanan yang paripurna. Dalam melaksanakan tugas
profesional yang berdaya guna dan berhasil guna para perawat mampu dan ikhlas
memberikan pelayanan yang bermutu dengan memelihara dan meningkatkan integritas
pribadi yang luhur dengan ilmu dan ketrampilan yang memadai serta dengan
kesadaran bahwa pelayanan yang diberikan merupakan bagian dari upaya kesehatan
secara menyeluruh.
Dengan bimbingan Tuhan Yang Maha Esa
dalam melaksanakan tugas pengabdian untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan
tanah air, Persatuan Perawat Nasional Indonesia menyadari bahwa perawat
Indonesia yang berjiwa Pancasila dan berlandaskan pada UUD 1945 merasa
terpanggil untuk menunaikan kewajiban dalam bidang keperawatan dengan penuh
tanggung jawab, berpedoman kepada dasar-dasar seperti tertera dibawah ini.
2) Tanggung
Jawab Perawat dan Klien
-
Perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien dan tidak
terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis
kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan social
-
Perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati
nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien
-
Tanggung jawab utama perawat adalah
kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan
-
Perawat wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya
kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hokum yang
berlaku
3) Tanggung
Jawab Perawat dan Praktik
-
Perawat memelihara dan meningkatkan
kompetensi dibidang keperawatan melalui belajar terus-menerus
-
Perawat senantiasa memelihara mutu
pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional dalam
menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
klien
-
Perawat dalam membuat keputusan
didasarkan pada informasi yang adekuat dan mempertimbangkan kemampuan serta
kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan
memberikan delegasi kepada orang lain
-
Perawat senantiasa menjunjung tinggi
nama baik profesi keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku profesional
4) Tanggung
Jawab Perawat dan Masyarakat
Perawat mengembang tanggung jawab bersama
masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat.
5) Tanggung
Jawab Perawat dan Teman Sejawat
-
Perawat senantiasa memelihara hubungan
baik dengan sesame perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, den dalam
memelihara keserasian suasana lingkungsn kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara meyeluruh.
-
Perawat bertindak melindungi klien dan
tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan tidak kompeten, tidak etis
dan illegal.
6) Tanggung
Jawab Perawat dan Profesi
-
Perawat mempeunyai peran utama dalam
menentukan standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya
dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan
-
Perawat berperaan aktif dalam berbagai
kegiatan pengembangan profesi keperawatan.
-
Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya
profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi
terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.
b. Kode
Etik Keperawatan Internasional
Kode etik keperawatan internasional ini
ditetapkan badan keperawatan internasional dengan nama ICN (International
Council of Nurses) tahun 1973, kode etik ini berlaku pada perawat seluruh
dunia. Kode etik ini terdiri dari:
1) Konsep
Etik dalam Keperawatan
Tanggung jawab utama perawat ada empat
lingkup, meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
mencegah kekambuhan. Keperawatan tetap menghargai hidup dan hak manusia serta
tidak membedakan status kewarganegaraan, suku, keyakinan, warna kulit, usia,
jenis kelamin, politik maupun, social,. Pelayanan keperawatan ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat serta mengkoordinasihkan asuhan keperawatan
dengan berbagai pihak terkait.
2) Tanggung
Jawab Perawat dan Klien
-
Tanggung jawab utama perawat adalah pada
klien yang membutuhkan asuhan keperawatan
-
Dalam memberikan keperawatan, perawat
menghargai kepercayaan, nilai-nilai dan kebiasaan individu
-
Perawat memegang rahasia informasi
individu dan menggunakan pertimbangan/keputusan dalam mendiskusikan informasi
tersebut
3) Tanggung
Jawab Perawat dan Praktek
-
Perawat memegang tanggung jawab pribadi
terhadap praktek keperawatan dan terhadap praktek keperawatan dan terhadap
pertahanan kompentensi dengan pendidikan berkelanjutan.
-
Perawat tetap mempertahankan standar
asuhan keperawatan yang tinggi disesuaikan dengan situasi tertentu yang ada
-
Perawat menggunakan keputusan
pertimbangan kompetensi dalam menerima atau mendelegasikan suatu tanggung jawab
-
Perawat dalam bertindak secara
profesional tetap mempertahankan standar tingkah laku pribadi yang mencerminkan
cirri khas keprofesian
4) Tanggung
Jawab Perawat dan Masyarakat
Perawat mengadakan sambung rasa dengan
anggota masyarakat tentang tanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan
kesehatan dan social masyarakat
5) Tanggung
Jawab Perawat dan Teman Sejawat
-
Perawat mempertahankan kerja sama yang
baik dengan teman sejawat keperawatan dan profesi kesehatan yang lain.
-
Perawat melakukan tindakan yang tepat
untuk melindungi individu sewaktu perawatan individu tersebut terancam bahaya
oleh teman sejawat atau pihak lain
6) Tanggung
Jawab Perawat dan Profesi
-
Perawat mempunyai peran utama dalam
mendeterminasikan dan melaksanakan standar praktek keperawatan dan pendidikan
keperawatan sesuai yang dihadapi
-
Perawat berperan aktif dalam
mengembangkan inti pengetahuan profesional
-
Perawat berprasangka melalui organisasi
profesi dan berpartisipasi dalam menentukan dan mempertahankan kondisi social
dan ekonomi keperawatan yang pantas
3.
Memiliki Lingkup dan Wewenang Praktek
Lingkup
dan wewenang praktek keperawatan berdasarkan standar praktek keperawatan atau
standar asuhan keperawatan yang bersifat dinamis.
Lingkup
dan wewenang praktek keperawatan ini diatur pada izin praktek keperawatan yang
berdasarkan peran dan fungsi perawat dalam melaksanakan tugas, serta dalam
memberikan tindakan berdasarkan standar asuhan keperawatan. Dibawah ini adalah
standar asuhan keperawatan yang dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan
tugas diantaranya :
Ø Standar
1 : Falsafah Keperawatan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat
berkeyakinan bahwa :
a. Manusia
adalah individu yang memiliki kebutuhan biopsikososial dan spiritual yang unik.
Kebutuhan ini harus selalu dipertimbangkan dalam setiap pemberian asuhan
keperawatan
b. Keperawatan
adalah bantuan bagi umat manusia yang bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan secara optimal kepada semua yang membutuhkan dengan tidak membedakan
bangsa, suku, agama, kepercayaan dan statusnya, disetiap tempat pelayanan
kesehatan
c. Tujuan
asuahan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama dari semua anggota tim
kesehatan dan pasien atau keluarga
d. Dalam
memberikan asuhan keperawatan menggunakan proses keperawatan dengan lima
tahapan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan pasien atau keluarga
e. Perawat
bertanggung jawab dan bertanggung gugat, memiliki wewenang melakukan asuahan
keperawatan secara utuh berdasarkan standar asuhan keperawatan
f. Pendidikan
keperawatan berkelanjutan harus dilaksanakan secara terus menerus untuk
pertumbuhan dan perkembangan staf dalam pelayanan keperawatan
Ø Standar
2 : Tujuan Asuhan Keperawatan
Meliputi :
a. Memberi
bantuan yang paripurna dan efektif kepada semua orang yang memerlukan pelayanan
kesehatan, sesuai dengan sistem kesehatan nasional
b. Menjamin
bahwa semua bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan mengurangi
atau menghilangkan kesenjangan
c. Mengembangkan
standar asuhan keperawatan yang ada
d. Memberi
kesempatan kepada semua tenaga perawatan untuk mengembangkan tingkat kemampuan
profesionalnya
e. Memelihara
hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota tim kesehatan
f. Melibatkan
pasien dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan
g. Menciptakan
iklim yang menunjang proses belajar mengajar dalam kegiatan pendidikan bagi
perkembangan tenaga keperawatan
h. Menunjang
program pendidikan berkelanjutan bagi bertumbuhan dan perkembangan pribadi
tenaga keperawatan
Ø Standar
3 : Pengkajian Keperawatan
Meliputi :
a. Pengumpulan
data dengan criteria kelengkapan data, sistematis, menggunakan format, akurat
dan valid
b. Pengelompokan
data dengan criteria data biologis, psikologis, social dan spiritual
c. Perumusan
masalah dengan criteria kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan
pola fungsi kehidupan
Ø Standar
4 : Diagnosa Keperawatan
Meliputi :
a. Status
kesehatan dibandingkan dengan norma untuk menentukan kesenjangan
b. Diagnosis
keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan
pasien
c. Diagnosis
keperawatan dibuat dengan wewenang perawat
d. Komponen
diagnosis keperawatan terdiri dari masalah, penyebab, gejala atau tanda (PES)
atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE)
e. Diagnosis
keperawatan actual untuk perumusan status kesehatan pasien yang sudah nyata
terjadi
f. Diagnosis
keperawatan potensial untuk perumusan masalah status kesehatan pasien yang
kemungkinan besar akan terjadi, apabila tidak dilakukan upaya pencegahan
Ø Standar
5 : Perencanaan Keperawatan
Meliputi :
a. Prioritas
masalah dengan criteria masalah yang mengancam kehidupan yang merupakan
prioritas pertama, masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah
prioritas kedua, masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas
ketiga
b. Tujuan
asuhan keperawatan dengan criteria tujuan dirumuskan secara singkat dan jelas,
disusun berdasarkan diagnosis keperawatan, spesifik pada diagnosis keperawatan,
dapat diukur, realistic atau dapat dicapai, menggunakan komponen yang terdiri
subjek, perilaku, pasien, kondisi pasien, dan criteria tujuan
c. Rencana
tindakan dengan criteria disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan,
merupakan alternative tindakan secara tepat, melibatkan pasien atau keluarga,
mempertimbangkan latar belakang budaya pasien atau keluarga, mempertimbangkan
kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku, menjamin rasa aman dan nyaman bagi
pasien, disusun dengan mempertimbangkan lingkungan sumber daya dan fasilitas
yang ada, harus berupa kalimat instruksi, ringkas, tegas, dan penulisan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, menggunakan formulir yang baku
Ø Standar
6 : Intervensi Keperawatan
Meliputi :
a. Memenuhi
kebutuhan oksigen diantaranya :
1) Memberikan
oksigen, dengan criteria menyiapkan lingkungan bebas asap rokok dan membatasi
pengunjung, menyiapkan pasien, kelengkapan alat, penggunaan alat secara tepat
dan benar, dosis sesuai dengan program pengobatan, cara pemberian tepat guna,
pemberian masker oksigen pada bayi matanya ditutup dengan kasa lembab dan
observasi tanda vital selama pemberian oksigen
2) Menyiapkan
pasien pra operasi trakeostomi dengan criteria memberi formulir persetujuan
operasi kepada pasien atau keluarga diisi dan ditandatangani, mencukur daerah
yang akan dioperasi, memberi kompres disinfektan pada daerah yang akan
dioperasi, memberikan obat sesuai dengan program pengobatan, mengganti pakaian
pasien dengan pakaian khusus dan observasi tanda vital
3) Menyiapkan
pasien untuk pemasangan WSD (Water Seal Draine) dengan criteria memberi
formulir persetujuan operasi kepada pasien atau keluarga untuk diisi dan
ditandatangani, mencukur daerah intercosta yang akan dipasang WSD, member
kompres disinfektan daerah intercosta yang akan dipasang WSD, memberi obat
sebelum pemasangan WSD sesuai dengan program pengobatan, mengganti pakaian
pasien dengan pakaian khusus dan observasi tanda vital
4) Menyiapkan
pasien untuk pemasangan endotracheal tube dengan criteria menyiapkan
endotracheal tube steril dengan ukuran yang tepat, mengatur posisi pasien dan
melakukan observasi tanda vital
5) Melakukan
resusitasi dengan criteria menyiapkan kelengkapan alat resusitasi, memberikan
alas yang keras atau papan resusitasi (resusitation back) pada daerah punggung,
mengatur posisi pasien, membantu atau melaksanakan resusitasi, melakukan
observasi tanda vital dan respon pasien
6) Menghisap
lendir dengan criteria menyiapkan kelengkapan alat penghisap lendir dengan
ukuran yang tepat, menggunakan satu selang penghisap lendir steril untuk satu
pasien, menggunakan selang penghisap
lendir yang lembut, penghisapan dilakukan dengan gerakan memutar dan intermiten
dan melakukan observasi tanda vital
7) Fisioterapi
dada dengan criteria menyiapkan alat, menyiapkan lingkungan, mengatur posisi
bagian pasien trendelenburg dan tengkurap, memiringkan pasien kekiri dan
kekanan secara bergantian, memasang kain pengalas didaerah punggung, clapping
punggung kiri dan kanan masing-masing lima menit, clapping pada daerah
punggung, melatih pasien menarik napas dalam dan batuk, segera setelah clapping
dilakukan dan melakukan observasi tanda vital
8) Postural
drainage dengan criteria mengatur tempat tidur, posisi pasien trendelenburg,
memasang bantal dibawah perut 20-30 menit, dan melakukan observasi
b. Memenuhi
kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit :
1) Memberikan
makanan peroral dengan criteria menyiapkan lingkungan, memeriksa ulang,
mengatur posisi pasien, membantu pasien sesuai dengan kondisinya, melakukan
observasi nafsu makan dan mencatat porsi makanan yang dihabiskan
2) Memberi
minuman peroral dengan criteria memeriksa ulang jumlah dan jenis minuman,
membantu pasien minum, melakukan observasi respons dan mencatat jumlah cairan
yang diminum
3) Memberi
makan dengan melalui naso gastric tube dengan criteria menyiapkan NGT dengan
ukuran yang tepat, memeriksa ulang diet, mengatur posisi, mengatur NGT yang
akan dimasukkan, melakukan tes ketepatan masuknya NGT dan difiksasi, memasukkan
makanan melalui corong secara pelan dan hati-hati dan melakukan observasi
4) Melaksanakan
terapi perenteral dengan memberi cairan melalui infuse dengan criteria
melengkapi alat dan infus set sesuai dengan umur dan kondisi, memeriksa jenis
cairan, mengatur posisi, mendisinfektan kulit pada lokasi pemasangan infus,
membebaskan selang infus dari udara, memeriksa ketepatan masuknya jarum dalam
vena dan difiksasi, memasang kasa steril dibawah dan diatas jarum, mengatur
tetesan cairan sesuai dengan program pengobatan, melakukan observasi dan
mencatat pemasukan
5) Melaksanakan
terapi parenteral dengan transfusi darah dengan criteria mengidentifikasi
golongan darah pasien, kelengkapan alat transfusi darah sesuai dengan umur dan
kondisi, cross cek golongan darah, mengatur posisi, suhu darah disesuaikan
dengan suhu normal, mendisinfeksi kulit daerah yang akan ditusuk, membebaskan
selang transfusi dari udara, memeriksa ketepatan masuknya jarum dan difiksasi,
memasang kasa steril dibawah dan diatas jarum, mengatur tetesan sesuai dengan
program pengobatan, melaksanakan observasi dan mencatat jumlah darah yang masuk
6) Menimbang
berat badan dengan criteria menyiapkan timbangan berat badan sesuai dengan umur
pasien, menyiapkan pasien dan menjamin keamanan bayi dan anak pada saat
ditimbang
7) Pengumpulan
urine selama 24 jam dengan criteria kelengkapan alat penempung urine memasang
etiket pada penampungan urine dan mencatat jumlah urine dalam 24 jam
c. Memenuhi
kebutuhan eliminasi
1) Membantu
memperlancar buang air kecil dengan criteria memeriksa keadaan kandung kencing,
melatih untuk buang air kecil, memenuhi kebutuhan cairan yang cukup, melakukan
observasi keinginan buang air kecil
2) Membantu
buang air kecil dan buang air besar dengan criteria menyiapkan lingkungan,
kelengkapan alat yang bersih dan kering, memasang urinal sehingga pasien
merasakan nyaman, mencatat kelainan urine atau feses dan melakukan observasi
3) Melakukan
kateterisasi dengan criteria menyiapkan lingkungan, kelengkapan alat
kateterisasi steril, ukuran kateter sesuai dengan umur, mengatur posisi
dorasrecumbent, melakukan disinfeksi pada meatus, mengoles pelumas steril pada
ujung kateter, memasukkan kateter dengan hati-hati, mencatat jumlah serta
kelainan urine dan melakukan observasi
4) Memasang
kateter menetap dengan criteria menyiapkan lingkungan, kelengkapan alat douwer
kateter steril, ukuran douwer kateter steril sesuai dengan umur, mengatur
posisi ujung kateter, memasukkan kateter dengan hati-hati, melakukan fiksasi
kateter, memasang urine bag, membersihkan daerah genetika secara teratur pagi,
sore, dan malam, melakukan observasi pasien, tanda-tanda infeksi, jumlah,
kelainan urine dan aliran cairan urine
5) Memberikan
huknah sendiri dengan criteria menyiapkan lingkungan, kelengkapan alat, ukuran
canule, recti sesuai dengan umur, suhu cairan sesuai dengan suhu tubuh normal,
mengatur posisi sim miring kekiri, mengoleskan pelumas pada ujung canule,
mengeluarkan udara dari selang, tinggi irrigator 30 cm dari tubuh pasien,
melakukan observasi pasien dan mencatat hasil huknah
6) Memberikan
huknah tinggi dengan criteria menyiapkan lingkungan, kelengkapan alat, ukuran
canule sesuai dengan umur, suhu cairan sesuai dengan suhu tubuh normal,
mengatur posisi sim miring kekanan, mengoleskan pelumas pada ujung canule,
mengeluarkan udara dari selang, tinggi irrigator 50 cm dari tubuh pasien,
melakukan observasi pasien dan mencatat hasil huknah
7) Memberikan
glycerin dengan spuit dengan criteria menyiapkan lingkungan, kelengkapan alat,
suhu glycerin sesuai dengan suhu tubuh normal, mengatur posisi sim, mengoleskan
pelumas pada ujung canule, mengeluarkan udara dari glycerin spuit, memasukkan
canule kedalam rectum dengan hati-hati, melakukan observasi pasien dan mencatat
hasil pemberian glycerin
8) Mengganti
kantong colostomy dengan criteria menyiapkan lingkungan, kelengkapan alat,
ukuran kantong colostomy, mengoleskan salep pada daerah sekitar unuspreter,
melakukan observasi dan mencatat kelainan feses
9) Memebrikan
obat pencahar peroral denggan criteria kelengkapan alat dan obat pencahar,
mrnunggu sampai obat ditelan dan observasi respon pasien.
10) Memberikan
obat pencahar perectal dengan kriteria kelengkapan alat dan obat, menyiapkan lingkungan
mengatur posisi sim dan melakukan observasi pasien.
d. Memenuhi
kebutuhan keamanan
1) Menjaga
keselamatan pasien yang gelisah di tempat tidur dengan kriteria kelengkapan
alat sesuai dengan umur dan kondisi pasien, memasang alat pengamanan dan pasien
tetap ,erasa nyaman dan aman dan observasin pasien.
2) Mencegah
infeksi nosokomial dengan criteria melaksanakan teknik aseptik dan antiseptic,
menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan.
3) Menjaga
keselamatan pasien yang dibawah dengan brancar atau rolistoel dengan
kelengkapan dan kondisi alat, mendorong branca atau rolistoel dengan hati-hati,
observasi respon pasien.
4) Mencegah
kecelakaan pada alat listrik dengan criteria kelengkapan alat, memeriksa voltage
listrik setempat, menggunakan alat secara tepat dan benar, obsevasi pasien.
5) Mencegah
kecelakaan pada penggunaan alat yang mudah meledak dengan kriteria kelengkapan
dan kondisi alat, menggunakan alat secara tepat dan benar, memahami petunjuk
penggunaan alat, menyimpan alat di tempat yang aman.
6) Mencegah
kekeliruan pemberian obat dengan kriteria tulisan dank ode pada lebel atau
etiket harus jelas, warna tulissan tidak mudah berubah, lebel atau etiket
dipasang pada tempat yang mudah dibaca, memasang label atau etiket pada tempat
obat, meletakkan obat pada tempat yang ditentukan.
7) Mencegah
bayi tertukar dengan kriteria memberi identitas pada bayi dan ibunya, tulisan
identitas haru jel;as, mengambil sidik jari kaki kanan dan kiri bayi, melakukan
kros cek identisas bayi dilakukan oleh dua orang sebelum menyerahkan bayi
kepada orang tua atau keluarga.
8) Menyerahkan
bayi kepada orang tua atau keluarga secara resmi (Mengisi format buku yang
ditanda tangani oleh kedua belah pihak).
9) Mencegah
kecelakn akibat faktor lingkungan dengan kriteria memelihara lantai tetap bersih
dan kering, menyediakan tempat sampah, menyediakan keset kaki, mengatur
penerangan.
e. Memenuhi
kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik :
1) Memandikan
pasien dengan kriteria kelengkapan alat, menyiapkan lingkungan menyiapkan
pasien, memandikan pasien secara sistematis melakuykan observasi
2) Mengganti
pakaian pasien dengan kriteria kelengkapan pakaian mengganti pakaian sesuai
dengan kondisi dengan membuka pakaian dimulai dari bagian tangan, kaki yang
sehat, mengebnakan pakaian dimulai dari bagian tangan, kaki yang sehat dan
melakukan observasi.
3) Memelihara
kebersihan mulut dengan menyikat gigi, membersihkan mulut dan memelihara gigi
palsu.
4) Mengganti
alat tenun tempat tidur tampa memindahkan pasien dengan kriteria kelengkapan
alat, mengganti alat tenun sasuai dengan kondisi dan observasi respons pasien.
5) Mencuci
rambut dengan kriteria kelengkapan alat, menyiapkan lingkungan, menutup telinga
dan mata pasien, mengeringkan dan menyisir rambut dan melakukan observasi
pasien.
6) Menyisir
rambut dengan kriteria kelengkapan alat, menyisir rambut yang panjang dimulai
dari ujung dan melakukan observasi.
7) Memotong
kuku dengan kriteria kelengkapan alat, merendam jari tangan dan kaki dalam air
hangat, memotong kuku dengan alat pemotong kuku sesuai dengan lingkungan anatomis
dan observasi pasien.
f. Memenuhi
kebutuhan istirahat dan tidur :
1) Membantu
pasien untuk istirahat dan tidur dengan kriteria mengatur posisi yang tepat,
mengatur ventilasi dan pencahayaan, mencegah kebisinngan suara, memperhatikan
kebersihan lingkungan, mengatur palaksanaan pengobatan atau tindakan
keperawatan mengatur kunjungan dokter, mencegah tamu diluar jam kunjungan dan
melakukan observasi pasien.
g. Memenuhi
kebutuhan gerak dan kesehatan jasmani :
1) Mengatur
posisi baring pasien antara lain posisi fowler, trendeleburg, SIM, dorsal
recumbent, lithotomic, genupectoral.
2) Melaksanakan
mobilisasi dini sesuai dengan keebutuhan dan kondisi pasien dengan kriteria
melatih pasien mengakat tangan dan kaki, melatih gerak pasif dengan mengakat
dan menekuk tangan atau kaki secara berulang, melakukan observasi.
3) Melaksanakan
ambulasi dini denga kriteria melatih pasien memenuhi kebutuhannya sendiri,
melatih pasien duduk, turun dari tempat tidur , berdiri dan berjalan secara
bertahap, melatih pasien menggunakan alat bantu, metivasi pasien menggunakan
alat bantu, motivasi pasien untuk latihan gerak dan observasi pasien.
4) Mencegah
kemungkinan terjadinya komplikasi pada pasien tirah baring lama dengan kriteria
memotivasi pasien untuk latihan gerak, mengatur posisi barang secara
bergantian, memelihara pakaian pasien dan alat tenun tetap bersih dan kering.
h. Memenuhi
kebutuhan spiritual :
1) Membantu
pasien beribadah dengan kriteria dengan membantu menyiapkan alat ibadah,
membantu pasien melaksanakan ibadah, membantu pasien menghubungi pemuka agama,
mendampingi pasien saat mendapat bimbingan spiritual.
2) Memberi
pelayanan mental spiritual kepada pasien yang gawat atau terminal dengan
kriteria menyiapkan lingkungan, membantu menyiapkan alat-alat ibadah, membantu
melaksanakan ibadah, membantu menghubungi pemuka agama, mendampingi pasien saat
mendapatkan bimbingan spiritual, menunjukkan sikap empati dan simpati, dan
mencatat dan menyampaikan pesan pasien kepada keluarga atau lainnya.
3) Memberi
pelayanan mental spiritual kepada pasien yang menghadapi sakaratul maut dengan
meyiapkan lingkungan, memberikan keluarga berdoa, menunjukkan sikap empati dan
simpati, melakukan observasi tiap 15 menit dan member kesempatan keluarga
mendampingi pasien.
4) Merawat
jenazah kriteria menyiapkan lingkungan, membesihkan jenazah dari bekas
pelaksanaan tindakan, memandikan jenazah, menutup seluruh lubang tubuh dengan
kapas lambab dan menyerahkan barang milik pasien kepada keluarga secara
tertulis.
i.
Memenuhi kebutuhan emosional :
1) Melaksanakan program orientasi dengan kriteria
memberikan penjelasan kepada pasien baru atau keluarga tentang peraturan rumah
sakit, memberi penjelasan kepada pasien atau keluarga tentang penggunaan
fasilitas, observasi perilaku pasien atau keluarga dan memperkenalkan pasien
kepada perawat dan pasien lain.
2) Melaksanakan
komunikasi terapeutik dengan kriteria memanggil pasien sesuai dengan nama dan statusnya,
menggunakan bahasa yang dimengerti pasien, menampilkan sikap, yang ramah dan
sopan, memperlihatkan dan mendengarkan keluhan pasien.
3) Menyiapkan
mental pasien pra operasi dengan kriteria member kesempatan pada pasien untuk
bertemu dengan keluarga, member kesempatan kepada pasien atau keluarga untuk
berdoa.
j.
Memenuhi kebutuhan komunikasi
1) Secara
langsung atau dengan lisan dengan criteria menanpilkan sikap sopan dan ramah,
menggunakan bahasa yang dapat dimengerti menyampaikan informasi secara jelas,
lengkap dan tepat waktu dan obseorvasi respons pasien.
2) Secara
tidak langsung atau tertulis dengan kriteria menggunakan kertas bersih, tulisan
jelas, mudah dibaca dan observasi respons pasien.
3) Menggunakan
isyarat dengan kriteria memahami isyarat pasien dan member respons dengan
isyarat yang dipahami pasien.
k. Mencegah
dan mengatasi reaksi fisiologis
1) Mengukur
suhu badan di aksila, di mulut, di rectum.
2) Menghitung
pernapasan.
3) Menghitung
denyut nadi.
4) Mengukur
tekanan darah.
5) Menghindari
kemungkinan terjadinya alergi obat dengan criteria mengetahui riwayat
penggunaan obat, melakukan tes pada pertama kali pembarian obat tertentu,
observasi respons pasien pasien dan mamberi identitas obat penyebab alergi pada
kartu obat
6) Melakukan
tindakan darurat pada pasien keracunan obat dengan criteria menghentikan
pemberian obat dengan segera, mengatur posisi baring, melonggarkan pakaian,
melakukan pernafasan buatan pada pasien henti nafas, memberikan jenis obat
untuk keadaan yang gawat berdasarkan protap, melakukan observasi tanda vital
setiap 15 menit.
7) Melakukan
kompres panas.
8) Melakukan
kompres dingin
9) Melakukan
kompres dengan kirbat.
l.
Memenuhi kebutuhan pengobatan dan
membantu proses penyembuhan
1) Melaksanakan
pemberian obat melalui peroral, parenteral, subcutan, intra muscular, dan intra
vena.
m. Memenuhi
kebutuhan penyuluhan
1) Memberikan
penyuluhan secara individual dengan kriteria mengidentifikasi kebutuhan
penyuluhan, melaksanakann penyuluhan sesuai dengan kebutuuhan, menggunakan
bahasa yang dapat dimengerti.
n. Memenuhi
kebutuhan rehabilitasi
1) Melatih
pasien menggerakkan anggota tubuh ditempat tidur
2) Melatih
pasien turun dari tempat tidur
3) Melatih
pasien berjalan
4) Melatih
pasien menggunakan alat bantu
5) Melatih
pasien menggunakan tongkat penyangga
Ø Standar
7 : Evaluasi Keperawatan
a. Setiap
tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
b. Evaluasi
hasil menggunakan indicator perubahan fisiologi dan tingkah laku pasien
c. Hasil
evaluasi segera dicatat dan dikomunikasihkan untuk diambil tindakan
selanjutnya.
d. Evaluasi
melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan
e. Evaluasi
dilakukan sesuai dengan standar (tujuan yang ingin dicapai dan standar praktek
keperawatan).
Ø Standar
8 : Catatan Asuhan Keperawatan
a. Catatan
dilakukan selama pasien di rawat inap, rawat jalan dan kamar tindakan
b. Catatan
digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan.
c. Catatan
dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan.
d. Penulisan
catatan harus jelasdan ringkas serta menggunakan istilah yang baku.
e. Catatan
mengacu kepada pelaksanaan proses keperawatan
f. Setiap
percatatan harus mencantumkan inisial atau nama perawat yang melaksanakan
tindakan, catatan menggunakan formulir yang baku.
g. Catatan
disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku
4.
Memiliki Organisasi Profesi
Saat ini
Indonesia memiliki organisasi profesi keperawatan dengan nama PNNI (Persatuan
Perawat Nasional Indonesia) dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
(lihat pada bagian lampiran). Sedangkan organisasi keperawatan dunia dengan
nama Internasional Council of Nurse (ICN).
C.
Peran
dan Fungsi Perawat
1.
Peran Perawat
Merupakan
tingkah laku diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan
kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik
dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang
bersifat konstan. Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran
sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokad pasien, pendidikan, coordinator,
konsultan dan peneliti yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Pemberian asuhan
kerawatan
|
Advokat klien
|
Pembaharuan
|
Kolaborator
|
Koordinator
|
Pemberian asuhan
kerawatan
|
Konsultan
|
Edukator
|
a. Peran Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan
ini dapat dilakukan perawatan dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar
manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehinnga dapat di tentukan diagnosis keperawatan
agar bisan direncanakan dan dilaknasakantindakan yang tepat sesuai dengan
tingkat kebnutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi perkembangannya.
Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang paling sederhana sampai
dengan kompleks.
b. Peran
Sebagai Advokat Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan
keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberian pelayanan
atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yagng diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan
dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya,
hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas prifasi, hak untuk menentukan
nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
c. Peran
Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu
klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan
tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan.
d. Peran
Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan
mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasikan pelayanan kesehatan dan tim
kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai
dengan kebutuhan klien.
e. Peran
Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena
perawat bekerja melaluui tim kesehatan yang terdiri dari dokter fisioterapis,
ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan
yang diperlukan termasuk diskusi tukar pendapat dalam penentuan bentuk
pelayanan selanjutnya.
f. Peran
Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat
konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk
diberikan. Peran ini diberikan atas permintaan klien terhadap informasi tentang
tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan
g. Peran
Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan
dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan
terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan kesehatan.
Selain peran perawat menurut konsorsium
ilmu kesehatan, terdapat pembagian peran perawat menurt hasil lokakarya
keperawatan tahun 1983 yang membagi menjadi 4 peran diantaranya peran perawat
sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, peran perawast sebagai pengelola
pelayanan dan istitusi keperawatan, peran perawat sebagai pendidik dalam
keperawatan serta peran perawat sebagai peneliti dan pengembagan pelayanan
keperawatan.
2.
Fungsi Perawat
Fungsi merupakan
suatau pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan peranya. Fungsi tersebut dapat
berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada, Dalam menjalankan peranya, perawat
akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya: fungsi independen, fungsi
dependen dan fungsi interdenpeden.
a. Fungsi
Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak
tergantung pada orang lain, dimana perwat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan
secara sendiri dengan keputusan sendri dalam melakukkan tindakan dalam rangka
mememnuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis
(pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolik,
pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktifitas, dan lain-lain),
pemenuhan kebutyhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta dan
mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
b. Fungsi
Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam
melaksanakan kegiatan atas pesan atatu instruksi dari perawat lain. Sehingga
sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biassanya dilakukan
oleh perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksanan.
c. Fungsi
Intertdependen
Funesi ini dilakukan dalam kelompok tim yang
bersifat salin ketergantungan di antara tim satu dengan lainnya. Fungsi ini
dapat terjadi apa bila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam
pemberian peleyanan seperti dalam memberikan
asuhan keperawatan pada penderita yang mem peunyai penyakit kompleks.
Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari
dokter ataupun, seperti dokter dalam memberikan tindakan pengobatan bekerja
sama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.
D. Tugas Perawat Berdasarkan Fungsi
Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan
Tugas perawat
dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keprawatan ini dapat
dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan. Tugas perawat ini
disepakati dalam lokakarya tahun 1983 yang berdasarkan fungsi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan adalah sebagai berikut:
No
|
Fungsi
Perawat
|
Tugas
Perawat
|
1.
|
Mengkaji
kebutuhan pasien atau klein, keluarga kelompok dan masyarakat serta sumber
yang tersedi dan potensialb untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
|
- Mengumpulkan
data
- Menganalisi
mengintepretasikan data
|
2.
|
Merencanakan
tindakan keperawatan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat
berdasarkan diagnosis keperawata.
|
- Mengembangkan
rencana tindakan keperawatn.
|
3.
|
Melaksanakan
rencana keperawatan yang meliputi upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit penyembuhan, pemulihan dan pemeliharaan kesehatan pencegahan
penyakit penyembuhan, pemulihan dan pemeliharaan kesehatan termasuk pelayanan
klien dan keadaan terminal.
|
- Menggunakan
dan menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu perilaku, sosial budaya
ilmu biomedik dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar manusia.
|
4.
|
Mengevaluasi
hasil asuhan keperawatan.
|
- Menentukan
kriteria yang dapat diukur dalam menilai rencana keperawatan.
- Menilai
tingkat pencapain tujuan
- Mengidentifikasi
perubahan-perubahan yang diperlukan
|
5.
|
Mendokumentasi
proses keperawatan.
|
- Mengevaluasi data
permasalahan keperawatan
- Mencatat
data dalam proses keperawatan
- Menggunakan
catatan klien untuk memonitor kualitas asuhan keperawatan
|
6.
|
Mengidentifikasi
hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari serta merencanakan studi kasus
guna meningkatkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan dalam praktek
keperawatan.
|
- Mengidentifikasi
masalah-masalah penelitian dalam bidang keperawatan.
- Membuat
usulan rencana penelitian keperawatan
- Menerapkan
hasil penelitian dalam praktek keperawatan
|
7.
|
Berperan
serta dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada klien, keluarga,
kelompok serta masyarakat.
|
- Mengidentifikasi
kebutuhan pendidikan kesehatan.
- Membuat
rencana penyuluhan kesehatan
- Melaksanakan
penyuluhan kesehatan
- Mengevaluasi
hasil penyuluhan kesehatan.
|
8.
|
Bekerja
sama dengan displin ilmu terkait dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
klien, keluarga, kelompok dan masyarakat.
|
- Berperan
serta dalam pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat
- Menciptakan
komusikasi yang efektif baik dengan tim keperawatan maupun tim kesehatan yang
lain.
|
9.
|
Mengelola
perawatan klien dan berperan sebagai ketua tim dalam melaksanakan kegiatan
keperawatan
|
- Menciptakan
keterampilan manajemen dalam keperawatan klien secara menyeluruh.
|
BAB II
MODEL KONSEP TEORI KEPERAWATAN
A.
Pengertian
Konsep merupakan suatu ide
dimanan terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir menjadi
simbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk
menyusun suatu kerangka konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu
kerangka konsetual atau model keperawatan. Teori itu sendiri merupakan
sekolompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan
yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari oleh
fakta-fakta yang telah diobservasi tetapi kurang absolute atau bukti secara
langsung. (Aziz AH : 2004)
Teori keperawatan menurut Barnum
tahun 1990 merupakan usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena
mengenai keperawatan. Melalui teori keperawatan dapat dibedakan apakah
keperawatan termasuk disiplin ilmu atau aktivitas lainnya.
Teori keperawatan
diginakan untuk menyusun suatu model konsep dalam keperawatan sehingga model
keperawatan ini mengandung arti aplikasi dari struktur keperawatan itu sendiri
yang memungkinkan perawat untuk menerapkan cara mereka bekerja dalam batas
kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep kerperawatan ini digunakan
dalam membentuk model praktek keperawatan, mengingat dalam model praktek
keperrawatan mengandung komponen dasar
seperti adanya keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah model, adanya tujuan
praktek yang ingin dicapai dalam memberikan pelayanan kepada kebutuhan semua
pasien serta adanya pengetahuan dan ketrampilan dalam hal ini dibutuhkan oleh
perawatan dalam mengembangkan tujuannya.
B. Karakteristik Teori Keperawatan
Teori
keperawatan selain duigunakan untuk menyusun suatu model yang berhubungan
dengan konsep keperawatan, juga memiliki karakteristik diantaranya pertama, teori keperawatan
mengindentifikasi dan menjabarkan konsep khusus yang berhubungan dengan hal-hal
nyata dalam keperawatan sehingga teori keperawatan didasarkan pada kenyataan
–kenyataan yang ada di alam; kedua, teori
keperawatan juga digunakan berdasarkan
alas an-alasan yang sesuai dengan kenyataan yang ada; ketiga, teori harus konsisten sebagai dasar-dasar dalam
mengembangkan model konsep keperawatan; keempat,
dalam menunjang aplikasi, teori harus sederhana dan sifatnya umum sehingga
dapat digunakan pada kondisi apapun dalam praktek keperawatan; kelima, teori dapat digunakan sebagai
dasar dalam penelitian keperawatan sehingga dapat digunakan dalam pedoman
praktek keperawatan. (Aziz AH: 2004)
C. Faktor Pengaruh Teori Keperawatan
Dalam
perkembangan teori keperawatan saat ini terdapat beberapa pandangan yang dapat
mempengaruhi teori keperawatan itu sendiri diantaranya filosofi dan Floronce
Nightingale, kebudayaan, sistem pendidikan, serta penegmbangan ilmu
keperawatan.
1. Filosofi
Florence Nightingale
Florernce merupakan salah satu pendiri keperawatan yang meletakan
dasar-dasar teori keperawatan yang melalui filosofi keperawatan yaitu dengan
mengidentifikasikan peran perawat dalam menemukan kebutuhan dasar manusia pada
klien serta pentingnya pengaruh lingkungan di dalam perawatan orang yang sakit
yang dikenal teori lingkungannya. Selain itu Florence juga membuat standar pada
pendidikan keperawatan serta standar pelaksanaan asuhan keperawatan yang
efisien. Florence juga membedakan praktek keperawatan dengan kedokteran dan
perbedaan perawatan pada orang yang sakit dengan yang sehat.
2. Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai pengaruh dalam perkembangan teori-teori keperawatan
diantaranya dengan adanya pandangan bahwavdalam memberikan pelayanan
keperawatan akan lebih baik dilakukan oleh wanita karena wanita mempunyai jiwa
yang sesuai dengan kebutuhan perawat, yakni keibuan, penuh kasih sayang dan
keikhlasan, akan tetapi perubahan identitas dalam proses telah berubah seiring
dengan perkembangan keperawatan sebagai profesi, kini banyak pria yang juga
berminat di dunia keperawatan. Demikian juga yang dahulu budaya perawatan
dibawah pengawasan langsung dokter, dengan berjalannya dan diakuinya dunia
keperawatan sebagai profesi mandiri, maka hak dan otonomi keperawatan telah ada
sehingga peran perawat dengan dokter bukan dibawah pengawasan langsung akan
tetapi sebagai mitra kerja yang sejajar dalam menjalankan tugas sebagai tim
kesehatan.
3. Sistem
Pendidikan
Pada sistem pendidikan telah terjadi perubahan besar dalam perkembangan teori
keperawatan. Dahulu pendidikan keperawatan
belum mempunyai sistem dan kurikulum keperawatan yang jelas, akan tetapi
sekarang keperawatan telah memiliki sistem pendidikan keperawatan yang terarah
sesuai dengan kebutuhan rumah sakit sehingga teori-teori keperawatan juga
berkembang dengan orientasi pada pelayanan keperawatan.
4. Pengembangan
Ilmu Keperawatan
Pengembangan ilmu keperawatan ditandai dengan adanya
pengelompkan ilmu keperawatan dasar mrnjadi ilmu keperawatan klinik dan ilmu
keperawatan komunikasi yang merupakan cabang ilmu keperawatan yang terus
berkembang dan tidak menutup kemungkinan pada tahun-tahun yang akan datang akan
selalu ada cabang ilmu keperawatan yang khusus atau subspesialisasi yang diakui
sebagai bagian ilmu keperawatan sehingga teori-teori keperawatan dapat
dikembanagkan sesuai dengan kebutuhan atau lingkup bidang ilmu keperawatan.
D. Tujuan dan Teori Keperawatan
Teori
keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu keperawatan dan
pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang ingin dicapaiP
diantaranya:
1. Adanya
teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasn tentang
kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam pelayanan keperwatan, baik bentuk
tindakan atau bentuk model praktek keperawatan sehinggs berbagai permasalahan
dapat teratasi.
2. Adanya
teori keperawatan membentuk para anggota profesi perawat untuk memahami
berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan kemudian dapat
memberikan dasar dalam penyelesaiaan berbagai masalah keperawatan.
3. Adanya
teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah dalam keperawatan dengan
memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan keperawtan sehingga segala
bentuk dari tindakan dapat dipertimbangkan.
4. Adanya
teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsii dan filosofi
keperawatan sihingga pengetahuan dan pemahaman dalam tindakan keperawatan dapat
terus bertambah dan berkembang.
E. Beberapa Pandangan Tentang Model
Konsep dan Teori Keperawatan
Pandangan model
konsep dan teori ini merupakan gambaran dari bentuk pelayanan keperawatan yang
akan diberikan oleh perawat kepada klien dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia
berdasarkan tindakan dan lingkup pekerjaan dengan arah yang jelas dalam
pelayanan keperawatan. Dalam keperawatan terdapat beberapa model konsep
keperawatan, yang ,memiliki keyakinan dan nilai yang mendasarinya, tujuan yang
hendak dicapai serta menhetahui dan keterampilan yang ada. Beberapa model
konsep keperawaran tersebut antara lain:
1. Model
Konsep dan Teori Keperawatan Dorothea Orem
Model konsep keperawatan menurut Dorothea Orem yang
dikenal dengan Model Self Care memberikan pengertian bahwa benruk pelayanan
keperawatan dipandang dari suatu pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan oleh
individu dalam memenuhi kebutuhan dasar dengan tujuan mempertahankan kehidupan,
kesehatan, kesejahteraan sesuai dengan keadaan sehat dan sakit.
Model Self Care (perawatan diri) ini memiliki
keyakinan dan nilai yang ada dalam keperawatan diantaranya dalam pelaksanaan
berdasarkan tindakan atas kemampuan. Self Care didasarkan atas kesengajaan
serta dalam pengambilan keputusan dijadikan dalam tindakan, setiap manusia
menghendaki adanya self care dan sebagai bagian dari kebutuhan dasar
manusia, seorang mempunyai hak dan tanggung
jaawab dalam perawatan diri sendiri dan orang lain dalam memelihara
kesejahteraan, self care juga merupakan perubahan tingkah laku secara lambat
dan terus nenerus didukung atas pengalaman social sebagai hubungan
interpersonal, self care akan meningkatkan harga diri seseorang dan dapat mempengaruhi
dalam perubahan konsep diri.
Dalam pemahaman konsep keperawatan khususnya dalam
pandangan dalam pemenuhan kebutuhan dasar, Orem membagi dalam kelompok
kebutuhan dasar yang t yang terdiri dari pemeliharaan dalam pengambilan udara
(oksigen), pemeliharaan pengambilan air, pemeliharaan dalam pengambilan
makanan pemeliharaan kebutuhan proses
eliminasi, pemeliharaan dalam keseimbangan antara kesendirian dan interaksi
social, kebutuhan akan pencegahan resiko pada kehidupan manusia dalam keadaan
sehat dan kebutuhan dalam perkembangan kelomppok social sesuai dengan potensi,
pengetahuan dan keinginan manusia.
2. Teori
Keperawatan Orem
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan
keperawatan ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan
keperawatan mendiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep praktek
keperawatan Orem mengembangkan tiga self care diantaranya :
a.
Perawatan diri sendiri (self care)
Dalam teori self
care, Orem mengemukakan bahwa self care meliputi ; pertama, self care itu sendiri,
yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksanakan oleh
individu itu sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan, kehidupan, kesehatan
serta kesejahteraan; kedua, self care
agency merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri
sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan sosiokultural,
kesehatan dan lain-lain; ketiga adanya tuntutan atau permintaan dalam perawatan
diri sendiri yang merupakan tindakan mandirinyang dilakukan dalam waktu
tertentu untuk perawatan diri sendiri
dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat ; keempat,
kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yan ditujukan pada penyediaan dan
perawatan diri sendiri yang bersifat universall dan berhubungan dengan proses
kehidupan manusia serta dalam upaya
mempertahankan fungsi tubuh, self care yang bersifat universal itu adalah
aktivitasvsehari-hari (ADL) dengan mengelompokkan dalam kebutuhan dasar
manusianya. Sifat dari self care selanjutnya untuk perkembangan kepercayaan diri
serta ditujukan pada penyimpangan kesehatan yang memiliki cirri keperawatan
yang diberikan dalam kondisi sakit atau dalam proses penyembuhan.
b.
Self Care Defisit
Merupakan bagian
terpenting dalam perawatan secara umum dimana segala perencanaan keperawatan
diberikan pada saat perawatan dibutuhkan yang dapat diterapkan pada anak yang
belumn dewasa, atau kebutuhan yang
melebihi kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self
care, baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam pemenuhan kebuutahan
perawatan diri serta membantu dalam proses penyelesaian masalah, Orem mempunyai
cara dalam melakukan perawatan diri serta membantu dalam proses penyelesaian
masalah, Orem mempunyai cara dalam melakukan perawatan mandiri. Dalam pandangan
teori sistem ini Orem memberikan identifikasi dalam sistem pelayanan
keperawatan diantaranya:
1)
Sistem bantuan secara penuh (Wholly
Compensatory System)
Adalah suatu
tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara total kepada pasien
dikarenakan ketidak mampuan pasien dalam memenuhi tindakan perawatan secara
mandiri yang memerlukakn bantuan dalam pergerakan, pengontrolan dan ambulasi
serta adanya manipulasi gerakan, serta dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
(ADL) Pemberian bantuan sistem ini dapat dilakukan pada orang yang tidak mampu
melakukan aktivitas dengan sengaja seperti pada pasien koma pada pasien yang
sadar dan mungkin masalah yang lain akan tetapi tidak mampu dalam melakukan
tindakan yang memerlukan ambulasi atau manipulasi gerakan, seperti pada pasien yang
fraktur vertebra dan pasien yang tidak mampu mengurus diri sendiri, membuat
penilaian serta keputusan dalam self care-nya dan pasien tersebut masih mampu
melakukan ambulasi dan mungkin dapat melakukan beberapa tindakan self care-nya
melalui bimbingan secara continue seperti pada pasien retardasi mental.
2)
Sistem bantuan sebagian (Partially
Compensatory System)
Adalah bantuan
pemberian perawatan diri secara sebagaian saja dan ditujukan kepada pasien yang
memerlukan bantuan secara minimal seperti pada pasien yang pasca oprasi
laparatomi di mana pasien mempunyai kemampuan seperti, cuci tangan, gosok gigi,
cici mulut, akan tetapi butuh pertolongan dalam ambulasi dan melakukan
perawatan luka yang dilakukan oleh perawat.
3)
Sistem suportif dan edukatif
Merupakan sistem
bantuan yang diberikan pada pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan dengan
harapan pasien mampu memerlukan perawatan secara mandiri.
Sistem ini
dilakukan agar pasien mampu melakukan tindakan keperawatan setelah dilakukan
pembelajaran. Pemberian sistem ini dapat dilakukan pada pasien yang memerlukan
informasi dalam pengaturan kelahiran.
Dalam pandangan
tentang teori dan konsep keperawatan, Orem mempunyai pandangan bahwa teori dan
konse dilakukan untuk merefleksikan antara individu dengan lingkungan,
menggambarkan apa yang mereka lakukan, menggunakan kreasi dalam berpikir dan
berkomunikasi, serta dalam melakukan perbuatan seharusnya sesuai dengan diri
dan lingkungan sehingga dalam prakteknya Orem menggunakan langkah dalam proses
keperawatan dengan mentukan diagnosis dan menganalisis dan menginterpretasikan
dengan membuat keputusan, merancang sistem perawatan dengan merencanakan
perawatan dengan merencanakan perawatan sesuai dengan sistem perawatan yang
dibutuhkan, mengusahakan dalam pengaturan dan pengontrolan perawatan yang akan
diberikan dalam memenuhi keterbatasan perawatan diri sendiri sendiri, mengatasi
masalah keterbatassan serta mempertahankan dan menjaga kemampuan pasien dala
perawatan diri.
3.
Model
Konsep dan Teori Keperawatan Sister Calista Roy
Adalah model dalam keperawatan yang menguraikan
bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara mempertahakan
perilaku secara adaptif serta mampu merubah perilsku yang maladaptive. Sebagai
individu dan makhluk holistic memiliki sistem saraf adaptifbyang selalu
beradaptasi secara keseluruhan. Dalam memahami konsep model teori keperawatan
ini, Callista Roy mengemukakan konsep keperawatan dengan model adaptasi yang
memiliki beberapa pandangan dan keyakinan serta nilai yanbg dimilikinya
diantaranya:
a.
Manusia sebagai makhluk biologis,
psikologi, dan sosial yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya.
b.
Untuk mencapai suatu homeostatis atau
intergrasi, seseorang harus beradaptasi sesuai dengan perubahan yang terjadi.
c.
Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada
manusai yang dikemukakan oleh Roy, diantaranya :
1)
Focal stimulasi yaitu stimulus yang
langsung beradaptasi dengan seseorang dan mempunyai pengaruh kuat terhadap
seseorang individu.
2)
Kontekstual stimulus, merupakan stimulus
yang dialami seseorang, dan baik stimulus internal maupun eksternal, yang dapat
mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan secara observasi, diukur secara
subjektif.
3)
Residual stimulus merupakan stimulus lain yang merupakan ciri tambah yang ada atau
sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar
dilakukan observasi.
d.
Sistem adaptasi memiliki empat metode
adaptasi diantaranya:
1)
Fungsi fisiologis, kompenen sistem
adaptasi ini yang adaptasi fisiologis diantaranya oksigenasi, nutrisi,
eliminasi, aktivitas dan istirahat, intergritas kulit, indra, cairan dan
elektrolit, fungsi neurologis, dan fungsi endokrin.
2)
Konsep diri yang mempunyai pengertian
bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan
dengan orang lain.
3)
Fungi peran merupakan proses penyesuaian
yang berhubungan bagainama peran seseorang mengenal pola-pola interaksi sosial dalam
berhhubungan dengan orang lain.
4)
Interdependen merupakan kemampuan
seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui
hubungan interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.
e.
Dalam proses penyesuaian diri individu harus
meningkatkan energy agar mampu melaksanakan tujuan untuk kelangsungan
kehidupan, perkembangan reproduksi dan keunggulan sehingga proses ini memiliki
reproduksi dan keunggulan sehingga proses ini memiliki tujuan untuk
meningkatkan respon adaptif.
Secara ringkas
pandangan Roy mengemukakkan bahwa individu sebagai makhluk biopsikososial dan
spiritual sebagai satu kesatuan yang utuh memiliki mekanisme koping untuk
beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Dalam mengemukakan model konsep
praktek keperawatan, asumsi dasar yang dimiliki diantaranya sebagai makhluk
individu yang utuh dan sehat, individu mampu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
biopsikososial, setiap orang selalu menggunakan koping yang bersifat positif
maupun negative. Untuk mampu beradaptasi setiap individu akan berespons
terhadap kebutuhan fisiologi, kebutuhan akan konsep diri yang positif,
kemampuan untuk hidup mendiri serta kemampuan akan berperan dan berfungsi
secara optimal untuk memelihara integritas diri, dan individu selalu berada dalam
rentang sehat-sakit yang berhubungan dengan koping yang efektif dalam
memelihara proses adaptasi.
4.
Model
Konsep dan Teori Keperawatan Virginia Handerson
Model konsep keperawatan yang dijelaskan oleh
Virginia Handerson merupakan model konsep aktivitas sehari-hari dengan
pemberian gambaran tugas perawat yaitu melakukan pangkajian kepada klien
individu baik yang sakit atau sehat dengan memberikan dukungan kepada
kesehatan, penyembuhan serta agar meninggal dengan damai.
Pemahaman konsep tersebut dengan didasari kepada
keyakinan dan nilai yang dimilikinya diantaranya :
a.
Manusia akan mengalami perkembagan mulai
dari pertumbuhan dan perkembangan dalam rentang kehidupan.
b.
Dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari
individu akan mengalami ketergantungan sejak lahir hingga menjadi mandiri, pada
dewasa yang dapat dipengaruhi oleh pola asuh, lingkungan, dan kesehatan.
c.
Dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari
individu dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok diantaranya terhambat dalam
melakukan aktivitas, belum dapat melaksanakan aktivitas.
Aktivitas hidup sehari-hari yang disampaikan oleh
Handerson tersebur adalah sebagai berikut aktifitas bernapas secara noram,
aktivitas minum dan makan sesuai dengan kebutuhan, aktivitas eliminasi secara
normal, aktivitas bergerak dan memelihara postur tubuh, aktivitas tidur dan
istirahat, aktivitas membuka dan memakai pakaian, aktivitas mempertahakan suhu
tubuh normal dengan berpakaian dan modifikasi lingkungan, aktivitas memelihara
kebersihan tubuh dan berhias diri,
aktivitas mencegah kecelakaan dan bahaya, aktifitas komunikasi, aktivitas
beribadah, aktivitas bermain, dan rekreasi, aktivitas bekerja aktivitas belajar
atau memuaskan keingintahuan.
5.
Model
Konsep dan Teori Keperawatan Betty Neuman
Model konsep yang dikemukakanoleh Btty Neuman
merupakan konsep Health Care System yakni model konsep yang menggambarkan
aktivitas keperawatan yang ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan
memperkuat gari pertahanan diri secara fleksibel atau normal maupun resistan
dengan sasaran pelayanan adalah komunitas.
Gari pertahanan diri pada komunikasi tersebut
meliputi gari pertahanan fleksibel, yaitu ketersediaan pelayanan, adanya
perlindungan status nutrisi secara umum, tingkat pendapatan rumah yang memenuhi
syarat kesehatan dan sikap, masyarakat terhadap kesehatan dan garis pertahanan
resistan yang meliputi adanya ketersediaan pelayanan kesehatan, tingkat
pendidikan masyarakat, transportasi, tempat rekreasi dan cakupan dari pada
garis pertahanan dengan penggunaan pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Model ini bertujuan agar terjadi stabilitas klien, dan keluarga dalam
lingkungan yang dinamis, sehingga Betty Neuman menggambarkan peran perawat
dapat bersifat menyeluruh dan saling ketergantungan. Betty Neuman dalam
memahami konsep keperawatan ini memiliki dasar pemikiran yang terkait dengan
komponen paradigm yaitu memandang manusia sebagai sistem terbuka yang selalu
memncari keseimbangan dan merupakan satu kesatuan dari variabel yang utuh
diantaranya fisiologis, psikologis, sosiokultural dan spiritual, juga memandang
pelayanan keperawatan akan dipengaruhi lingkungan sekitar klien serta memandang
sehat sebagai kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dan
merupakan keseimbangan yang dinamis dari menghindari stressor.
Secara umum titik fokus dari model konsep
keperawatan menurut Neuman ini berfokus pada respons manusia terhadap stressor
serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses adaptasi. Untuk itu tindakan
keperawatan yang seharusnya dilakukan menurut Neuman adalah mencegah atau
mengurangi adanya reaksi tubuh akibat stressor. Upaya tersebut dapat juga
dinamakan pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Pencegahan primer dapat meliputi berbagai tindakan
keperawatan untuk mengidentifikasikan adanya stressor, mencegah raksi tubuh
karena adanya stressor serta mendukung koping pada pasien secara konstruktif.
Pencegahan sekunder menurut Neuman meliputi berbagai tindakan perawatan yang dapat
mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit serta reaksi tubuh lainnya karena
adanya stressor pencegahan tersier dapat meliputi pengobatan secara rutin, dan
teratur serta pencegahan terhadap adanya kerusakan lebih lanjut dari komplikasi
suatu penyakit. Upaya preventif tersebut dipentingkan dengan adanya pendidikan
kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.
6.
Model
Konsep dan Teori Keperawatan Jean Waston
Jean Waston dalam memahani konsep keprawatan dikenal
dengan teori pengetahuan manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan
teori Jean Waston didasari pada unsure teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean
Waston ini memahani bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang
saling berhubungan diantara kebutuhan dasar biofisikal
a.
Kebutuhan untuk hidup
Yang melipitu
kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi,
kebutuhan psikofisikal.
b.
Kebutuhan
fungsional
Yang meliputi
kebutuhan aktivitas dan istirahat, kebutuuhan seksual, kebutuhan psikososial
c.
Kebutuhan Interpretasi
Kebutuhan untuk
berprestasi, kebutuhan organisasio, dan kebutuhan intra dan interpersonal.
d.
Kebutuhan untuk pengebangan
Yang meliputi
kebutuhan untuk berpretasi, kebutuhan aktualisasi diri
Berdasarkan
empat kebutuhan tersebut, Jean Waton memahami bahwa manusia adalah makhluk yang
sempurna yamg memilki berbagai macam ragam perbedaan, sehingga dalam upaya
upaya mencapaikan kesehatan manusia seharusnya dalam manusia seharusnya dalam
keadaan sejahtera baik fisik mental, dan spiritual karena sejahtera merupakan keharmonisan
antara pikiran, badan dan jiwa sehingga untuk mencapai keadaan tersebut
keperawatan harus berperan dalam meningkatkan status kesehatan mencegah
terjadinya, penyakit, mengobati, berbagai penyakit mengobati berbagai penyakit
dan penyembuhan kesehatan dan dan fokusnya pada peningkatan kesehatan dan
pencegahanm penyakit.
7.
Model
Konsep dan Teori Keperaeatan King
Teori keperawatan model King memahami model konsep
dan teori keperawatan dengan menggunakan pendekatan sistem terbuka dalam
hubungan interaksi yang kosntan dengan lingkungan, sehingga King mengemukakan
dalm model instrasi
Dalam mencapai hubungan interaksi, King mengemukakan
konsep kerjanya meliputi adanya sistem personal, sistem interpersonal dan
sistem sosial.yang saling berhubungan satu dengan yang lain.
Menurut King sistem personal merupakan sistem
terbuka di mana di dalamnya terdapat persepsi, adanya pola tumbuh, gambaran
tubuh, ruang dan waktu dari individu dan lingkungannya, kemudian hubungan
interpersonal merupakan suatu hubungan antara perawat dan pasien serta hubungan
sosial yang mengandung arti bahwa suatu interaksi perawat dan pasien dalam menegakkan sistem
sosial sesuai dengan situasi yang ada. Melalui dasar sistem tersebut maka King
memandang manusia merupakan individu yang reaktif yakni bereaksi terhadap
situasi, orang dan obyek. Manusia sebagai makluk yang berorientasi terhadap
waktu tidak terlepas dari masa lalu dan sekarang yang dapat mempengaruhi masa
yang akan datang dan sebagai makluk sosial manusia akan hidup bersama dengan
orang lain yang akan berinteraksi satu dengan yang lain.
Berdasarkan
pemahaman tersebut, maka manusia memiliki tiga kebutuhan dasar yakni kebutuhan
terhadap formasi kesehatan, kebutuhan terhadap pencegahan penyakit dan
kebutuhan terhadap perawatan ketika sakit. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
King mengemukakan pendekatan teoriyang terdiri dari komponen yang dapat
digambarkan sbb :
feedback
Perawat
Aksi Reaksi Interaksi Transaksi
Klien
feedback
Berdasarkan gambar tersebut, dapat dijelaskan bahwa
konsep hubungan manusia menurut King terdiri dari komponen :
a.
Aksi merupakan proses awal hubungan dua
individu dalam berprilaku, dalam memahami atau mengenali kondisi yang ada dalam
keperawatan dengan digambarkan hubungan perawat dank lien untuk melakukan
kontrak atau tujuan yang diharapkan.
b.
Reaksi adalah suatu bentuk tindakan yang
terjadi akibat dari adanya aksi dan merupakan respon dari individu.
c.
Interaksi merupakan suatu bentuk kerja
sama yang saling mempengaruhi antara perawat dank lien yang terwujud dalam
komunikasi.
d.
Transaksi merupakan kondisi di mana
antara perawata dank lien terjadi suatu persetujuan dalam rencana tindakan
keperawatan yang akan dilakukan.
8.
Model
Konsep dan Teori Keperawatan Peplau
Model konsep yang dijelaskan oleh Peplau ini
menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang
menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mencakup proses interpersonal,
perawat-klien, dan masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit.
Proses interpersonal yang dimaksud antara perawat
dengan klien ini memiliki empat tahap diantaranya :
a.
Tahao orientasi, dimana perawat dan
klien melakukan kontrak awal untuk membangun kepercayaan dan terjadi proses
pengumpulan data.
b.
Fase indentifikasi peran perawat, apakah
sudah melakukan atau bertindak sedbagai fasilitas yang menfasillitasi ekspresi
perasaan klien serta melaksanakan asuhan keperawatan.
c.
Fase ekplorasi, dimana perawat telah
membantu klien dalam memberikan gambaran kondisi klien.
d.
Fase resolusi, dimana perawat berusaha
untuk secara bertahap kepada klien untuk membebaskan diri dari ketergantungan
kepada tenaga kesehatan dan menggunakan kemampuan yang dimilikinya, agar mampu
menjalankan secara mandiri. Pada model Peplau ini dapat dilihat adanya tindakan
keperawatan yang diarahkan kepada hubungan interpersonal atau psikoterapi.
9.
Model
Konsep dan Teori Keperawatan Johnson
Model konsep menurut Jhonson adalah dengan
pendekatan sistem perilaku, dimana individu dipandang sebagai sistem perilasku
yang selalu ingin mencampai keseimbangan dan stabilitas, baik di lingkungan
internal maupun di lingkungan eksternal, juga memiliki keinginan dalam mengatur dan menyesuaikan
dari pengaruh yang ditimbulkannya. Sebagai suatu sistem, didalamnya terdapat
komponen sub sistem yaqng membentuk sistem tersebut, diantara komponen sub
sistem yang membentuk sistem perilaku menurut Jhonson adalah :
a.
Ingestif, yaitu sumber dalam memelihara
integritas serta mencapai kesenangan dalam pencapaian pengakuan dari lingkungan.
b.
Achievement, merupakan tingkat
pencapaian prestasi melalui ketrampilan yang kreatif.
c.
Agresif, merupakan bentuk mekanisme
pertahanan diri atau perlindungan dari berbagai ancaman yang ada di lingkungan.
d.
Eliminasi, merupakan bentuk pengeluaran
segala sesuatu dari sampah atau barang yang tidak berguna secara biologis.
e.
Seksual, digunakan dalam dalam pemenuhan
saling mencintai dan dicintai.
f.
Gabungan/tambahan, merupakan bentuk pemenuhan
kebutuhan tambahan dalam mempertahankan lingkungan yang kondusif dengan
penyesuaian dalam kehidupan sosial, keamanan dan kelangsungan hidup.
g.
Ketergantungan, merupakan bagian yang
membentuk sistem perilaku dalam mendapatkan bantuan, kedamaian, keamanan serta
kepercayaan.
Berdasarkan subsistem tersebut diatas, maka bakan
terbentuk sebuah sistem perilaku individu, sehingga Jhonson memiliki pandangan
bahwa keperawatan dalam mengatasi permasalahan tersebut harus dapat berfungsi
sebagai pengatur, agar dapat menyeimbangkan sistem perilaku tersebut. Klien
dalam hal ini adalah manusia yang mendapat bantuan keperawatan dengan keadaan
terancam atau potensial oleh kesakitan atau ketidak seimbnagan penyesuaian
dengan lingkungan. Status kesehatan yang ingin dicapai adalah mereka yang mampu
berprilaku untuk memelihara keseimbangan atau stabilitas dengan lingkungan.
10. Model Konsep dan Teori Keperawatan
Martha E. Rogers
Model
konsep ini dikenal dengan konsep manusia sebagai unit. Dalam memahami konsep
model dan teori ini, Martha mempunyai anggapan bahwa manusia merupakan satu
kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan, yang memiliki sifat dan
karakter yang berbeda-beda. Dalam proses
kehidupan manusia yang dinamis, manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan yang
saling mempengaruhi dan dipengaruhi, serta dalam proses kehidupan manusia
setiap individu akan berbeda satu sama lain dan manusia diciptakan dengan
karakteristik dan keuinikan tersendiri.
Anggapan
tersebut berdasarkan pada kekuatan yang berkembangan secara alamiah yaitu
kebutuhan manusia dan lingkungan, kemudian sistem ketersediaan sebagai satu
kesatuan yang utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep
homeodinamik yang terdiiri dari integritas, resonansi dan helicy.
Integritas berarti individu sebagai satu kesatuan
dengan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan, dan saling mempengaruhi satu
dengan yang lain. Resonansi mengandung arti bahwa proses kehidupan antara
individu dengan lingkungan berlangsung dengan berirama dengan frekwensi yang bervariasi
dan helicy merupakan terjadinya proses interaksi antara manusia dengan
lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan-lahan maupun berlangsung dengan
cepat.
**********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar