Jumat, 30 Maret 2012

Jadwal MotoGp

Untuk para penggemar pertandingan penuh sensasi dan persaingan ketat ini. Kali ini adalah jadwal MotoGp 2012, yang pastinya sangat di tunggu dan di harapkan kehadirannya, yakni bulan April tepatnya tanggal 8 — jadi bagi yang bertanya kapan MotoGP 2012 dimulai, itulah jawabannya.
Tanggal pembukaan musim ini, merupakan hasil dari keputusan badan yang mengurusi sport jet darat ini, yakni FIM (Federasi Motor Internasional) melalui susunan kalender jadwal MotoGp 2012 yang resmi di rilis pada tanggal 14 September tahun lalu. Dari tanggal tersebut di tetapkan bahwa 15 April 2012, sebagai tanggal pembuka musim kompetisi tahun ini, dan akan berakhir 11 November nanti, di sirkuit Valencia, Spanyol.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, sirkuit Lossail Qatar di percaya sebagai arena perdana untuk membuka perhelatan besar MotoGp musim 2012 ini. Langsung saja kita tengok jadwal pertandingan MotoGp 2012 ini.
MotoGP 2012

Jadwal MotoGp 2012 Resmi

COMMERCIALBANK GRAND PRIX OF QATAR
8 April 2012 | Losail Circuit | Qatar
GRAN PREMIO bwin DE ESPAÑA
29 April Jerez | Spanyol
GRANDE PREMIO DE PORTUGAL
6 Mei 2012 | Estoril | Portugal
MONSTER ENERGY GRAND PRIX DE FRANCE
20 Mei 2012 | Le Mans | Perancis
GRAN PREMI APEROL DE CATALUNYA
3 Juni 2012 | Circuit de Catalunya | Catalunya
BRITISH GRAND PRIX
17 Juni 2012 | Silverstone | Inggris
IVECO TT ASSEN
30 Juni 2012 | Assen | Belanda
eni MOTORRAD GRAND PRIX DEUTSCHLAND
8 Juli 2012 | Sachsenring | Jerman
GRAN PREMIO D’ITALIA TIM
15 Juli 2012 | Mugello | Italia
RED BULL U.S. GRAND PRIX
29 Juli 2012 | Mazda Raceway | Amerika Serikat
RED BULL INDIANAPOLIS GRAND PRIX
19 Agustus 2012 | Indianapolis | Amerika Serikat
bwin GRAND PRIX CESKE REPUBLIKY
26 Agustus 2012 | Automotodrom Brno | Republik Ceko
GP APEROL DI SAN MARINO E DELLA RIVIERA DI RIMINI
16 September 2012 | Misano | San Marino
GRAN PREMIO IVECO DE ARAGÓN
30 September 2012 | Motorland Aragon | Aragon
GRAND PRIX OF JAPAN
14 Oktober 2012 | Motegi | Jepang
AUSTRALIAN GRAND PRIX
28 Oktober | Phillip Island | Australia
GRAN PREMIO GENERALI DE LA COMUNITAT VALENCIANA
11 November 2012 | Comunitat Valenciana | Spanyol
Oh iya bagi rekan yang ingin tahu jadwal F1 2012 atau juga nonton tv online di internet.

Kamis, 29 Maret 2012

Perkembangan Keperawatan

 BAB I
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
A.    Pekembangan Keperawatan
Sejarah perkembangan keperawatan dapat dilihat dari dua tinjauan : Pertama, ditinjau dari perkembangan keperawatan di  Dunia Kedua, perkembangan keperawatan di Indonesia.
1.      Sejarah Perkembangan Keperawatan
a.       Sejarah Perkembangan Keperawatan di Dunia
Perkembangan keperawatan di dunia dapat dimulai :
1)      Sejak zaman manusia diciptakan (manusia itu ada) di mana pada dasarnya manusia diciptakan telah memiliki naluri untuk merawat diri sebagaimana tercermin pada seorang ibu. Naluri yang sederhana dalam hal ini adalah menyusui anaknya perawat harus memiliki naluri keibuan (mother instinct). Perawat dalam memberikan perawatan (caring) harus dengan penuh kasih sayang, ketulusan, dan keikhlasan, sebagaimana dapat dilihat pada seorang ibu yang merawat anaknya.
Setelah itu bergeser ke zaman purba di mana pada saat itu orang purba masih percaya pada suattu tentang adanya kekuatan alam atau pengaruh kekuatan gaib sehingga timbul keyakinan bahwa jiwa yang jahat akan dapat menimbulkan kesakitan dan jiwa yang sehat dapat menimbulkan kesehatan atau kesejahteraan. Setelah zaman purba dilanjutkan dengan zaman dimana orang mulai menaruh kepercayaan pada dewa-dewa di mana pada masa itu penyakit dianggap disebabkan kemarahan dewa sehingga kuil-kuil didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta kesembuhan tersebut dengan batuan priest physician. Kemudian perkembangan keperawatan terus mengalami perubahan dengan adanya diakones dan philantrop yang merupakan suatu kelompok wanita tua dan janda yang membantu pendeta dalam merawat orang sakit serta kasih sayang yang anggotanya menjauhkan diri dari keramain dunia dan hidupnya ditujukan pada perawatan orang yang sakit sehingga akhirnya berkembanglah rumah-rumah perawatan dan akhirnya mulailah awal perkembangan ilmu keperawatan.
2)      Zaman keagamaan, perkembangan keperawatan ini mulai bergeser kearah spiritual dimana seseorang yang sakit dapat disebabkan karena adanya dosa atau kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat ibadah, sehingga pada waktu itu pemimpin agama dapat disebut sebagai tabit yang mengobati pasien karena ada anggapan yang mampu mengobati adalah pemimpin agama sedangkan pada waktu itu perawat dianggap sebagai budak yang hanya membantu dan bekerja atas perintah agama.
3)      Zaman masehi, keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Kristen, dimana pada saat itu banyak membantu diakones (deaconesses), suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk mengunjungi orang sakit sedangkan laki-laki (diakon) diberikan tugas dalam memberikan perawatan untuk mengubur bayi yang meninggal, sehingga pada saat itu berdirilah rumah sakit di Roma seperti Monastic Hospital. Pada saat itu rumah sakit digunakan sebagai tempat merawat orang sakit, orang cacat, miskin, janda-janda yatim piatu. Pada saat itu pula di daratan benua Asia, khususnya di Timur Tengah, perkembangan agama Islam.
4)      Zaman permulaan abad 21, pada permulaan abad ini perkembangan keperawatan berubah, tidak lagi dikaitkan dengan faktor keagamaan akan tetapi berubah kepada faktor kekuasaan, mengingat pada masa itu adalah masa perang dan terjadi eksplorasi alam sehingga pesatlah perkembangan pengetahuan. Pada masa itu tempat ibadah yang dahulu digunakan untuk merawat orang sakit tidak lagi digunakan.
5)      Zaman sebelumnya perang dunia kedua, pada masa perang kedua ini timbul prinsip rasa cinta sesama manusia di mana saling membantu sesama manusia yang membutuhkan. Pada masa sebelum perang dunia kedua ini tokoh keperawatan Florence Nightingale (1820-1919) menyadari adanya pentingnya suatu sekolah untuk mendidik para perawat. Florence Nightingale mempunyai pandangan bahwa dalam mengembangkan keperawatan perlu dipersiapkan pendidikan bagi perawat, ketentuan jam kerja perawat dan mempertimbangkan pendapat perawat. Usaha Florence adalah dengan menetapkan tujuan pendidikan perawat serta menetapkan pengetahuan yang harus dimiliki para calon perawat. Florence dalam merintis profesi keperawatan diawali dengan membantu para korban akibat perang krim (1854-1856) antara Roma dan Turki yang dirawat disebuat barak rumah sakit Thomas di London dan juga mendirikan sekolah perawatan dengan nama Nightingale Nursing School. Mereka yang sekolah di Florence Nigthingale harus tinggal di asrama, dengan demikian waktu mereka direatur sedemikian rupa untuk melatih kedisiplinan dalam hal kerja perawat.
6)      Masa selama perang dunia kedua, selama masa perang ini timbul tekanan bagi dunia pengetahuan dalam penerapan teknologi akibat penderitaan yang panjang sehingga perlu meningkatkan diri dalam tindakan perawat mengingat penyakit dan korban perang yang beraneka ragam.
7)      Masa pasca perang dunia kedua, masa ini masih berdampak bagi masyarakat seperti adanya penderitaan yang pangjang akibat perang dunia kedua, dan tuntutan  perawat untuk meningkatkan masyarakat sejahtera semakin pesat. Sebagai contoh di Amerika perkembangan keperawatan pada masa itu diawali adanya kesadaran akan pentingnya kesehatan, pertambahan penduduk yang relatif tinggi sehingga menimbulkan masalah baru dalam pelayanan kesehatan, pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi pola tingkah laku individu, adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dengan diawali adanya penemuan-penemuan obat-obatan atau cara-cara untuk memberikan penyembuhan pada pasien, upaya-upaya dalam tindakan pelayanan kesehatan seperti pelayanan kuratif, preventif dan promotifdan juga terdapat kebijakan negara tentang peraturan sekolah perawat. Pada masa itu perkembangan perawat dimulai adanya sifat pekerjaan yang semula bersifat individual bergeser kea rah pekerjaan yang bersifat tim. Pada tahun 1948 perawat diakui sebagai profesi sehingga pada masa itu pula terjadi perhatian dalam pemberian penghargaan pada perawat atas tanggung jawabnya dalam tugas.
8)      Periode tahun 1950, pada masa itu keperawatan sudah mulai menunjukkan perkembangan khususnya penataan pada sistem pendidikan. Hal tersebut terbukti di negara Amerika sudah di mulai pendidikan setingkat master dan doctoral. Kemudian penerapan proses keperawatan sudah dimulai dikembangkan dengan memberikan pengertian bahwa perawatan adalah suatu proses (yang dimulai dari pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan pelaksanaan evaluasi) yang harus dilakukan oleh perawat secara berkesinambungan (Aziz. A).
Maka sebenarnya dari sinilah awal sejarah keperawatan dimana semuanya bersifat social dan kemanusiaan. Sebagai seorang perawat jangan pernah mengharapkan imbalan dari apa yang pernah diberikan kepada orang sakit (Altruisme).
b.      Sejarah Pekembangan Keperawatan di Indonesia
Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia telah banyak dipengaruhi oleh kolonial penjajah diantaranya Jepang, Belanda, Inggaris. Dalam perkembangannya di Indonesia dibagi menjadi dua masa diantaranya :
1)      Masa sebelum kemerdekaan, pada masa itu Negara Indonesia masih dalam penjajah Belanda. Perawat berasal dari Indonesia disebut sebagai verpleger. Dengan dibantu oleh zieken oppaser. Sebagai penjaga orang sakit, perawat tersebut pertama kali bekerja di rumah sakit Binneen Hospital yang terletak di Jakarta pada tahun1799 yang ditugaskan untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda, sehingga akhirnya pada masa Belanda terbentuklah dinas kesehatan tentara dan dinas kesehatan rakyat. Mengingat tujuan pendirian rumah sakit hanya untuk kepentingan Belanda, maka tidak diikuti perkembangan dalam keperawatan. Kemudian pada masa penjajahan Inggris yaitu Rafless, mereka memperhatikan kesehatan rakyat dengan motto kesehatan  adalah milik manusia dan pada saat itu pula telah diadakan berbagai upaya dalam memelihara kesehatan diantaranya usaha dalam memelihara pencacaran secara umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa yang mulanya penderita jiwa dipasung dan sebagainya kemudian dirawat dengan cara kemanusiaaan dan memperhatikan kesehatan pada para tawanan.
Beberapa rumah sakit di banging khususnya di Jakarta yaitu pada tahun 1819, didirikan rumah sakit Stadsverband, kemudian pada tahun 1919 rumah sakit tersebut pindah ke Salembah dan sekarang dikenal dengan nama RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), kemudian diikuti rumah sakit milik swasta. Pada tahun 1942-1945 terjadi kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara Jepang. Perkembangan keperawatan mengalami kemundurun. Kemudian berdiri pulah rumah sakit di kota Malang yang sekarang menjadi Rumah Sakit Jiwa.
2)      Masa setelah kemerdekaan, pada tahaun 1949 telah banyak rumah sakit yang didirikan serta balai pengobatan dan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat, kemudian pada tahun 1962 telah dibuka pendidikan keperawatan setingkat dengan sarjana yang dilaksanakan di Universitas Indonesia dengan nama Program Studi Ilmu Keperawatan dan akhirnya dengan berkembangnya Ilmu Keperawatan, maka terjadi sebuah Fakultas Ilmu Keperawatan dan beberapa tahun kemudian diikuti berdirinya pendidikan keperawatan setingkat S1 berbagai universitas di Indonesia seperti Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang dan lain-lain.
2.      Pertumbuhan Profesi Keperawatan
Profesionalisasi merupakan suatu proses menujuh kearah professional. Keperawatan sebagai suatu profesi mengalami suatu perubahan. Dalam keperawatan proses perubahan tersebut diawali dari prespsi pekerjaan yang sifatnya vokasional menuju ke pekerjaan yang professional, demikian juga pendidikan yang dulunya bersifat vokasional kemudian  bergeser kearah pendidikan profesional melalui pendidikan tinggi keperawatan. Pendidikan keperawatan di mulai dengan adanya Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) kemudian berdirinya Diploma III keperawatan hingga adanya jenjang S1 keperawatan dan kini sudah banyak berdiri Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan.
Setelah lokkakarya pada tahun 1983, proses menjadikan diri professional sudah mulai dirasakan dengan adanya proses pengakuan dari profesi lainnya. Dalam menuju pengakuan tersebut diperlukan langkah penting dalam penataan perawat menuju suatu profesi diantaranya:
a.       Penataan Pendidikan Keperawatan
Pendidikan merupakan unsure pertama yang harus dilakukan penataan kerana melalui pendidikan perkembangan profesi perawat akan terarah dan berkembaang sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi sehingga tenaga keperawatan yang dihasilkan dapat berkualitas. Dalam penataan pendidikan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1)      Percepatan pertumbuhan pendidikan keperawatan dalam sistem pendidikan nasional dengan menetapkan jenjang dan jenis pendidikan keperawatan mulai dari jenjang pendidikan Diploma, Sarjana, dan profesi yang dapat di gambarkan pada gambar
2)      Pengendalian dan pembinaan pelaksanaan pendidikan pada pusat-pusat pendidikan perawatan. Pelaksanaan pengendalian tersebut dilakukan dengan mengadakan pelaksanaan akreditasi pendidikan serta penyesuaian standar pendidikan sesuai dengan pendidikan profesi keperawatan. Dengan standarisasi kualitas melalui akreditas diharapkan pendidikan keperawatan diharapkan pendidikan keperawatan akan semakin terarah dalam pendidikan profesi, disamping itu pusat pendidikan dan latihan profesi keperawatan perlu dikembangkan sesuai dengan arah kebijakan profesi keperawatan
3)      Pengembangan lahan praktek keperawatan dilakukan dengan membentuk komunitas professional. Pengembangan ini dilakukan untuk pencapaian kompetensi yang ada dengan menerapkan dengan pengalaman belajar klinik dan lapangan bagi calon-calon perawat. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan membentuk komunitas keperawatan  seperti pembagian komunitas perawat menjadi divisi-diivisi, seperti kemunitas perawat divisi medikal bedah, divisi maternitas, divisi anak, divisi, jiwa, divisi gawat darurat, divisi keperwatan keluarga dan komunitas, divisi gerontik dan lain-lain, sehingga keperawatan sebagainpendidikan profesi akan lebih terarah.
4)      Pengembangan dan pembinaan staf akademis menuju terbentuknya masyarakat akademis professional. Hal tersebut dilakukan dengan melalui berbagai pengembangan bagi staf untuk mengadakan penelitian sehingga akan dihasilkan berbagai karya untuk kepentingan profesi keperawatan dan pengabdian pada masyarakat dalam rangka menata bentuk aplikasi di masyarakat bagi profesi keperawatan.
Prog.Doctor
Ilmu Keperawatan
Pendidikan
Ners Spesialis
(Sp2)

           



Pendidikan
Ners Spesialis
(Sp1)
Program
Prog. Magister


 






Program
DIV

Program
DIII

Program
Ners (Ns)

Prog. S1
Keperawatan
(S,Kep)
 






b.      Penataan Praktek Keperawatan
Penataan praktek keperawtan merupakan bentuk penataan profesi keperawatan menuju profesi yang sejajar dengan profesi kesehatan yang lain, mengingat dengan menata bidang ini lingkup praktek keperawatan akan lebih jelas dan terarah dalam praktek sebagai profesi, dan dalam penataan praktek keperawatan tersebut, maka dapat dilakukan upaya sebagai berikut :
1)      Pengembangan dan pembinaan pelayanan asuhan keperawatan secara professional. Pengembangan ini dilakukan harus berlandaskan ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah.
2)      Penyusunan dan pemberlakuan standar praktek keperawatan. Penyusunan ini akan dilakukan dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan sehingga dapat dipertanggung jawabkan melalui asuhan keperawatan mandiri dan professional.
3)      Penerapan metode asuhan keperawatan secara professional dengan memmperhatikan beberapa kode etik keperawatan mrnggunakan asuhan professional.
c.       Penataan Pendidikan Berlanjut
Penataan pendidikan keperawatan berkelanjutan merupakan syarat penting dalam mempercepat profesionalisasi, kerena melalui pendidikan berkelanjutan keperawatan akan selalu berkembang dan terarah dalam mengembangkan spesialisasi atau tingkat kekhususan dalam profesi keperawatan (Aziz A). Untuk menuju penataan tersebut dapat dilakukan :
1)      Pengembangan pola pendiidikan berkelanjutan. Pengembangan pola ini diharapkan akan lebih memudahkan dalam jangkaun dan pencapaian bagi komunitas perawat agar selalu menigkatkan diri dalam perkembangan ilmu keperawatan.
2)      Penyusunan program pendidikan berkerlanjutan yang disesuaikan dengan kebutuhan perawat. Proses ini dapat dimulai dengan program sertifikasi dalam keterampilan atau keahlian khusus.
3)      Pengembangan kemampuan untuk melaksanakan pendidikan keperawatan melalui upaya pengembangan pendidikan keperawatan melalui upaya pengembangan pendidikan keperawatan di beberapa tempat.
d.      Penataan Organisasi Profesi Keperawatan
Penataan organisasi juga merupakan penataan keperawatan sebagai profesi, mengingat organisasi profesi merupakan sarana untuk komunikasi antar perawat professional serta wadah dalam menyalurkan aspirasi dalam perkembangan keperawatan , dalam menuju proses menjadikan diri kea rah professional serta menuju tertatanya organisasi profesi tersebut yang dapat dilakukan dengan :
1)      Pembinaan organisasi profesi keperawatan. Pembinaan tersebut dilakukan dalam rangka agar organisasi profesi tersebut mampu melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai organisasi profesi melalui pembinaan pengembangan pelayanan asuhan keperawatan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
2)      Peningkatan kemampuan organisasi profesi keperawatan, dengan melaksanakan tanggung jawab dalam pendidikan keperawatan, berkelanjutan penyusunan standar praktek keperawatan serta penyusunan atau pemberian pengakuan atas legalisasi dalam pelaksanaan praktek keperawatan.
3)      Pembinaan organisasi profesi keperawatan. Dengan pelaksanaan ini diharapkan organisasi profesi bias diakui secara benar-benar menjadi organisasi profesi sebagaimana organisasi profesi lainnya serta mempu mengendalikan profesionalisasi keperawatan.
e.       Penataan Lingkungan untuk Perkembangan Keperawatan Lingkungan
Penataan lingkungan untuk perkembangan keperawatan lingkungan merupakan sesuatu yang penting dalam penerapan atau pengembagan profesi, kare3na dengan pengakuan dari lingkungan, maka profesi keperawatan akan semakin cepat berkembangan kearah terciptanya lingkungan yang profesional. Upaya keperawatan dalam menata lingkungan tersebut dapat dilakukan kegiatan sebagai berikut:
1)      Melaksanakan desiminasi pengertian tentang keperawatan professional dengan menjelaskan lingkup peran dan tanggung jawab serta kewenangan profesi keperawatan kepada masyarakat.
2)      Mmenciptakan kesempatan bagi profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan keperawatan dengan sikap professional.
3)       Memberlakukan undang-undang dalam penerapan praktek keperawatan professional sehingga segala kendala dan hambatan dapat diatasi secara langsung.
4)      Memberikan kepercayaan pada masyarakat untuk melaksanakan program praktek keperawatan agar diakui oleh masyarakat (Husin, M.1999)
B.     Keperawatan Sebagai Profesi
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah pekerjaan di mana dalam menentukan tindakannya didasari pada ilmu pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya. Bentuk asuhan keperawtan ini sendiri merupakan suatu proses dalam praktek keperawtan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanen kesehatan, dengan menggunakan metodolodi proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan. Praktek keperawatan juga merupakan tindakan mandiri perawat professional melalui kerja sama berbentuk kolaborasi ddengan pasien dan tenaga kesehatan lainya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya (Aziz. A).
Berdasarkan penggunaan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan ini, maka keperawatan dapat dikatakan sebagai profesi yang sejajar dengan profesi dokter, apoteker, dokter gigi, dan lain-lain. Dengan demikian keperawatan dapat dikatakan sebagai profesi karena memiliki :
1.      Landasan Ilmu Pengetahuan yang Jelas (Scientific nursing)
Landasan ilmu pengetahuan keperawatan yang dimaksud itu adalah pertama, memiliki cabang ilmu keperawatan diantaranya ilmu keperawatan dasar yang terdiri dari konsep dasar keperawatan, keperawatan professional, komunikasi keperawatan, kepemimpinan dan manajemen keperawatan, kebutuhan dasar manusia, pendidikan keperawatan, pengantar riset keperawatan dan dokumentasi keperawatan; Kedua, cabang ilmu keperawatan klinik meliputi keperawatan anak, keperawatan maternitas, keperawatan medikal bedah, keperawatan jiwa, keperawatan gawat darurat; Ketiga, cabang ilmu keperawatan komunitas meliputi keperawatan komunitas, keperawatan keluarga, keperawatan gerontik; dan Keempat, kelompok cabang ilmu penunjang meliputi kelompok ilmu humaniora, ilmu alam dasar, ilmu perilaku, ilmu social, ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, dan ilmu kedokteran klinik.
2.      Memiliki Kode Etik Profesi
Kode etik keperawatan pada tiap negara berbeda-beda akan tetapi pada prinsipnya adalah sama yaitu berlandaskan etika keperawatan yang dimilikinya, dan di negara Indonesia memiliki kode etik keperawatan yang telah ditetapkan pada musyawarah nasional dengan nama kode etik keperawatan Indonesia.
a.       Kode Etik Keperawatan Indonesia
Dalam kode etik keperawatan Indonesia yang telah diputuskan oleh Musyawarah Nasional VI Persatuan Perawatan Nasional Indonesia terdiri dari bagian mukadimah, tanggung jawab perawat dan klien, perawat dan praktek, perawat dan masyarakat, perawat dan teman sejawat, perawat dan profesi lain. Adapun isi kode etik keperawatan di Indonesia adalah sebagai berikut :
1)      Mukadimah
Sebagai profesi yang turut serta mengusahakan tercapainya kesejahteraan fisik, material, dan mental spiritual untuk makhluk insane dalam wilayah Republik Indonesia, maka kehidupan profesi keperawatan di Indonesia selalu berpedoman kepada sumber asalnya yaitu kebutuhan masyarakat Indonesia akan pelayanan keperawatan. Warga keperawatan di Indonesia menyadari bahwa kebutuhan akan keperawatan bersifat universal bagi klien (individu, keluarga, dan masyarakat), oleh karenanya pelayanan yang diberikan oleh perawat selalu berdasarkan kepada cita-cita yang luhur, niat yang murni untuk keselamatan dan kesejahteraan umat tanpa membedakan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan social. Dalam melaksanakan tugas pelayanan keperawatan kepada klien, cakupan tanggung jawab perawat Indonesia adalah meningkatkan derajat kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengurangi dan menghilangkan penderitaan serta memulihkan kesehatan yang kesemuanya ini dilaksanakan atas dasar pelayanan yang paripurna. Dalam melaksanakan tugas profesional yang berdaya guna dan berhasil guna para perawat mampu dan ikhlas memberikan pelayanan yang bermutu dengan memelihara dan meningkatkan integritas pribadi yang luhur dengan ilmu dan ketrampilan yang memadai serta dengan kesadaran bahwa pelayanan yang diberikan merupakan bagian dari upaya kesehatan secara menyeluruh.
Dengan bimbingan Tuhan Yang Maha Esa dalam melaksanakan tugas pengabdian untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan tanah air, Persatuan Perawat Nasional Indonesia menyadari bahwa perawat Indonesia yang berjiwa Pancasila dan berlandaskan pada UUD 1945 merasa terpanggil untuk menunaikan kewajiban dalam bidang keperawatan dengan penuh tanggung jawab, berpedoman kepada dasar-dasar seperti tertera dibawah ini.
2)      Tanggung Jawab Perawat dan Klien
-          Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan social
-          Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien
-          Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan
-          Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hokum yang berlaku
3)      Tanggung Jawab Perawat dan Praktik
-          Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui belajar terus-menerus
-          Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien
-          Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang adekuat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain
-          Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku profesional
4)      Tanggung Jawab Perawat dan Masyarakat
Perawat mengembang tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
5)      Tanggung Jawab Perawat dan Teman Sejawat
-          Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesame perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, den dalam memelihara keserasian suasana lingkungsn kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara meyeluruh.
-          Perawat bertindak melindungi klien dan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan tidak kompeten, tidak etis dan illegal.
6)      Tanggung Jawab Perawat dan Profesi
-          Perawat mempeunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan
-          Perawat berperaan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan.
-          Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.

b.      Kode Etik Keperawatan Internasional
Kode etik keperawatan internasional ini ditetapkan badan keperawatan internasional dengan nama ICN (International Council of Nurses) tahun 1973, kode etik ini berlaku pada perawat seluruh dunia. Kode etik ini terdiri dari:
1)      Konsep Etik dalam Keperawatan
Tanggung jawab utama perawat ada empat lingkup, meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan mencegah kekambuhan. Keperawatan tetap menghargai hidup dan hak manusia serta tidak membedakan status kewarganegaraan, suku, keyakinan, warna kulit, usia, jenis kelamin, politik maupun, social,. Pelayanan keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat serta mengkoordinasihkan asuhan keperawatan dengan berbagai pihak terkait.
2)      Tanggung Jawab Perawat dan Klien
-          Tanggung jawab utama perawat adalah pada klien yang membutuhkan asuhan keperawatan
-          Dalam memberikan keperawatan, perawat menghargai kepercayaan, nilai-nilai dan kebiasaan individu
-          Perawat memegang rahasia informasi individu dan menggunakan pertimbangan/keputusan dalam mendiskusikan informasi tersebut
3)      Tanggung Jawab Perawat dan Praktek
-          Perawat memegang tanggung jawab pribadi terhadap praktek keperawatan dan terhadap praktek keperawatan dan terhadap pertahanan kompentensi dengan pendidikan berkelanjutan.
-          Perawat tetap mempertahankan standar asuhan keperawatan yang tinggi disesuaikan dengan situasi tertentu yang ada
-          Perawat menggunakan keputusan pertimbangan kompetensi dalam menerima atau mendelegasikan suatu tanggung jawab
-          Perawat dalam bertindak secara profesional tetap mempertahankan standar tingkah laku pribadi yang mencerminkan cirri khas keprofesian
4)      Tanggung Jawab Perawat dan Masyarakat
Perawat mengadakan sambung rasa dengan anggota masyarakat tentang tanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan kesehatan dan social masyarakat
5)      Tanggung Jawab Perawat dan Teman Sejawat
-          Perawat mempertahankan kerja sama yang baik dengan teman sejawat keperawatan dan profesi kesehatan yang lain.
-          Perawat melakukan tindakan yang tepat untuk melindungi individu sewaktu perawatan individu tersebut terancam bahaya oleh teman sejawat atau pihak lain
6)      Tanggung Jawab Perawat dan Profesi
-          Perawat mempunyai peran utama dalam mendeterminasikan dan melaksanakan standar praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan sesuai yang dihadapi
-          Perawat berperan aktif dalam mengembangkan inti pengetahuan profesional
-          Perawat berprasangka melalui organisasi profesi dan berpartisipasi dalam menentukan dan mempertahankan kondisi social dan ekonomi keperawatan yang pantas
3.      Memiliki Lingkup dan Wewenang Praktek
Lingkup dan wewenang praktek keperawatan berdasarkan standar praktek keperawatan atau standar asuhan keperawatan yang bersifat dinamis.
Lingkup dan wewenang praktek keperawatan ini diatur pada izin praktek keperawatan yang berdasarkan peran dan fungsi perawat dalam melaksanakan tugas, serta dalam memberikan tindakan berdasarkan standar asuhan keperawatan. Dibawah ini adalah standar asuhan keperawatan yang dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan tugas diantaranya :
Ø  Standar 1 : Falsafah Keperawatan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat berkeyakinan bahwa :
a.       Manusia adalah individu yang memiliki kebutuhan biopsikososial dan spiritual yang unik. Kebutuhan ini harus selalu dipertimbangkan dalam setiap pemberian asuhan keperawatan
b.      Keperawatan adalah bantuan bagi umat manusia yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal kepada semua yang membutuhkan dengan tidak membedakan bangsa, suku, agama, kepercayaan dan statusnya, disetiap tempat pelayanan kesehatan
c.       Tujuan asuahan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama dari semua anggota tim kesehatan dan pasien atau keluarga
d.      Dalam memberikan asuhan keperawatan menggunakan proses keperawatan dengan lima tahapan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan pasien atau keluarga
e.       Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat, memiliki wewenang melakukan asuahan keperawatan secara utuh berdasarkan standar asuhan keperawatan
f.       Pendidikan keperawatan berkelanjutan harus dilaksanakan secara terus menerus untuk pertumbuhan dan perkembangan staf dalam pelayanan keperawatan
Ø  Standar 2 : Tujuan Asuhan Keperawatan
Meliputi :
a.       Memberi bantuan yang paripurna dan efektif kepada semua orang yang memerlukan pelayanan kesehatan, sesuai dengan sistem kesehatan nasional
b.      Menjamin bahwa semua bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan mengurangi atau menghilangkan kesenjangan
c.       Mengembangkan standar asuhan keperawatan yang ada
d.      Memberi kesempatan kepada semua tenaga perawatan untuk mengembangkan tingkat kemampuan profesionalnya
e.       Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota tim kesehatan
f.       Melibatkan pasien dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan
g.      Menciptakan iklim yang menunjang proses belajar mengajar dalam kegiatan pendidikan bagi perkembangan tenaga keperawatan
h.      Menunjang program pendidikan berkelanjutan bagi bertumbuhan dan perkembangan pribadi tenaga keperawatan
Ø  Standar 3 : Pengkajian Keperawatan
Meliputi :
a.       Pengumpulan data dengan criteria kelengkapan data, sistematis, menggunakan format, akurat dan valid
b.      Pengelompokan data dengan criteria data biologis, psikologis, social dan spiritual
c.       Perumusan masalah dengan criteria kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan
Ø  Standar 4 : Diagnosa Keperawatan
Meliputi :
a.       Status kesehatan dibandingkan dengan norma untuk menentukan kesenjangan
b.      Diagnosis keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien
c.       Diagnosis keperawatan dibuat dengan wewenang perawat
d.      Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari masalah, penyebab, gejala atau tanda (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE)
e.       Diagnosis keperawatan actual untuk perumusan status kesehatan pasien yang sudah nyata terjadi
f.       Diagnosis keperawatan potensial untuk perumusan masalah status kesehatan pasien yang kemungkinan besar akan terjadi, apabila tidak dilakukan upaya pencegahan
Ø  Standar 5 : Perencanaan Keperawatan
Meliputi :
a.       Prioritas masalah dengan criteria masalah yang mengancam kehidupan yang merupakan prioritas pertama, masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua, masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga
b.      Tujuan asuhan keperawatan dengan criteria tujuan dirumuskan secara singkat dan jelas, disusun berdasarkan diagnosis keperawatan, spesifik pada diagnosis keperawatan, dapat diukur, realistic atau dapat dicapai, menggunakan komponen yang terdiri subjek, perilaku, pasien, kondisi pasien, dan criteria tujuan
c.       Rencana tindakan dengan criteria disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan, merupakan alternative tindakan secara tepat, melibatkan pasien atau keluarga, mempertimbangkan latar belakang budaya pasien atau keluarga, mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku, menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien, disusun dengan mempertimbangkan lingkungan sumber daya dan fasilitas yang ada, harus berupa kalimat instruksi, ringkas, tegas, dan penulisan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, menggunakan formulir yang baku
Ø  Standar 6 : Intervensi Keperawatan
Meliputi :
a.       Memenuhi kebutuhan oksigen diantaranya :
1)      Memberikan oksigen, dengan criteria menyiapkan lingkungan bebas asap rokok dan membatasi pengunjung, menyiapkan pasien, kelengkapan alat, penggunaan alat secara tepat dan benar, dosis sesuai dengan program pengobatan, cara pemberian tepat guna, pemberian masker oksigen pada bayi matanya ditutup dengan kasa lembab dan observasi tanda vital selama pemberian oksigen
2)      Menyiapkan pasien pra operasi trakeostomi dengan criteria memberi formulir persetujuan operasi kepada pasien atau keluarga diisi dan ditandatangani, mencukur daerah yang akan dioperasi, memberi kompres disinfektan pada daerah yang akan dioperasi, memberikan obat sesuai dengan program pengobatan, mengganti pakaian pasien dengan pakaian khusus dan observasi tanda vital
3)      Menyiapkan pasien untuk pemasangan WSD (Water Seal Draine) dengan criteria memberi formulir persetujuan operasi kepada pasien atau keluarga untuk diisi dan ditandatangani, mencukur daerah intercosta yang akan dipasang WSD, member kompres disinfektan daerah intercosta yang akan dipasang WSD, memberi obat sebelum pemasangan WSD sesuai dengan program pengobatan, mengganti pakaian pasien dengan pakaian khusus dan observasi tanda vital
4)      Menyiapkan pasien untuk pemasangan endotracheal tube dengan criteria menyiapkan endotracheal tube steril dengan ukuran yang tepat, mengatur posisi pasien dan melakukan observasi tanda vital
5)      Melakukan resusitasi dengan criteria menyiapkan kelengkapan alat resusitasi, memberikan alas yang keras atau papan resusitasi (resusitation back) pada daerah punggung, mengatur posisi pasien, membantu atau melaksanakan resusitasi, melakukan observasi tanda vital dan respon pasien
6)      Menghisap lendir dengan criteria menyiapkan kelengkapan alat penghisap lendir dengan ukuran yang tepat, menggunakan satu selang penghisap lendir steril untuk satu pasien,  menggunakan selang penghisap lendir yang lembut, penghisapan dilakukan dengan gerakan memutar dan intermiten dan melakukan observasi tanda vital
7)      Fisioterapi dada dengan criteria menyiapkan alat, menyiapkan lingkungan, mengatur posisi bagian pasien trendelenburg dan tengkurap, memiringkan pasien kekiri dan kekanan secara bergantian, memasang kain pengalas didaerah punggung, clapping punggung kiri dan kanan masing-masing lima menit, clapping pada daerah punggung, melatih pasien menarik napas dalam dan batuk, segera setelah clapping dilakukan dan melakukan observasi tanda vital
8)      Postural drainage dengan criteria mengatur tempat tidur, posisi pasien trendelenburg, memasang bantal dibawah perut 20-30 menit, dan melakukan observasi
b.      Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit :
1)      Memberikan makanan peroral dengan criteria menyiapkan lingkungan, memeriksa ulang, mengatur posisi pasien, membantu pasien sesuai dengan kondisinya, melakukan observasi nafsu makan dan mencatat porsi makanan yang dihabiskan
2)      Memberi minuman peroral dengan criteria memeriksa ulang jumlah dan jenis minuman, membantu pasien minum, melakukan observasi respons dan mencatat jumlah cairan yang diminum
3)      Memberi makan dengan melalui naso gastric tube dengan criteria menyiapkan NGT dengan ukuran yang tepat, memeriksa ulang diet, mengatur posisi, mengatur NGT yang akan dimasukkan, melakukan tes ketepatan masuknya NGT dan difiksasi, memasukkan makanan melalui corong secara pelan dan hati-hati dan melakukan observasi
4)      Melaksanakan terapi perenteral dengan memberi cairan melalui infuse dengan criteria melengkapi alat dan infus set sesuai dengan umur dan kondisi, memeriksa jenis cairan, mengatur posisi, mendisinfektan kulit pada lokasi pemasangan infus, membebaskan selang infus dari udara, memeriksa ketepatan masuknya jarum dalam vena dan difiksasi, memasang kasa steril dibawah dan diatas jarum, mengatur tetesan cairan sesuai dengan program pengobatan, melakukan observasi dan mencatat pemasukan
5)      Melaksanakan terapi parenteral dengan transfusi darah dengan criteria mengidentifikasi golongan darah pasien, kelengkapan alat transfusi darah sesuai dengan umur dan kondisi, cross cek golongan darah, mengatur posisi, suhu darah disesuaikan dengan suhu normal, mendisinfeksi kulit daerah yang akan ditusuk, membebaskan selang transfusi dari udara, memeriksa ketepatan masuknya jarum dan difiksasi, memasang kasa steril dibawah dan diatas jarum, mengatur tetesan sesuai dengan program pengobatan, melaksanakan observasi dan mencatat jumlah darah yang masuk
6)      Menimbang berat badan dengan criteria menyiapkan timbangan berat badan sesuai dengan umur pasien, menyiapkan pasien dan menjamin keamanan bayi dan anak pada saat ditimbang
7)      Pengumpulan urine selama 24 jam dengan criteria kelengkapan alat penempung urine memasang etiket pada penampungan urine dan mencatat jumlah urine dalam 24 jam
c.       Memenuhi kebutuhan eliminasi
1)      Membantu memperlancar buang air kecil dengan criteria memeriksa keadaan kandung kencing, melatih untuk buang air kecil, memenuhi kebutuhan cairan yang cukup, melakukan observasi keinginan buang air kecil
2)      Membantu buang air kecil dan buang air besar dengan criteria menyiapkan lingkungan, kelengkapan alat yang bersih dan kering, memasang urinal sehingga pasien merasakan nyaman, mencatat kelainan urine atau feses dan melakukan observasi
3)      Melakukan kateterisasi dengan criteria menyiapkan lingkungan, kelengkapan alat kateterisasi steril, ukuran kateter sesuai dengan umur, mengatur posisi dorasrecumbent, melakukan disinfeksi pada meatus, mengoles pelumas steril pada ujung kateter, memasukkan kateter dengan hati-hati, mencatat jumlah serta kelainan urine dan melakukan observasi
4)      Memasang kateter menetap dengan criteria menyiapkan lingkungan, kelengkapan alat douwer kateter steril, ukuran douwer kateter steril sesuai dengan umur, mengatur posisi ujung kateter, memasukkan kateter dengan hati-hati, melakukan fiksasi kateter, memasang urine bag, membersihkan daerah genetika secara teratur pagi, sore, dan malam, melakukan observasi pasien, tanda-tanda infeksi, jumlah, kelainan urine dan aliran cairan urine
5)      Memberikan huknah sendiri dengan criteria menyiapkan lingkungan, kelengkapan alat, ukuran canule, recti sesuai dengan umur, suhu cairan sesuai dengan suhu tubuh normal, mengatur posisi sim miring kekiri, mengoleskan pelumas pada ujung canule, mengeluarkan udara dari selang, tinggi irrigator 30 cm dari tubuh pasien, melakukan observasi pasien dan mencatat hasil huknah
6)      Memberikan huknah tinggi dengan criteria menyiapkan lingkungan, kelengkapan alat, ukuran canule sesuai dengan umur, suhu cairan sesuai dengan suhu tubuh normal, mengatur posisi sim miring kekanan, mengoleskan pelumas pada ujung canule, mengeluarkan udara dari selang, tinggi irrigator 50 cm dari tubuh pasien, melakukan observasi pasien dan mencatat hasil huknah
7)      Memberikan glycerin dengan spuit dengan criteria menyiapkan lingkungan, kelengkapan alat, suhu glycerin sesuai dengan suhu tubuh normal, mengatur posisi sim, mengoleskan pelumas pada ujung canule, mengeluarkan udara dari glycerin spuit, memasukkan canule kedalam rectum dengan hati-hati, melakukan observasi pasien dan mencatat hasil pemberian glycerin
8)      Mengganti kantong colostomy dengan criteria menyiapkan lingkungan, kelengkapan alat, ukuran kantong colostomy, mengoleskan salep pada daerah sekitar unuspreter, melakukan observasi dan mencatat kelainan feses
9)      Memebrikan obat pencahar peroral denggan criteria kelengkapan alat dan obat pencahar, mrnunggu sampai obat ditelan dan observasi respon pasien.
10)  Memberikan obat pencahar perectal dengan kriteria kelengkapan alat dan obat, menyiapkan lingkungan mengatur posisi sim dan melakukan observasi pasien.  

d.      Memenuhi kebutuhan keamanan
1)      Menjaga keselamatan pasien yang gelisah di tempat tidur dengan kriteria kelengkapan alat sesuai dengan umur dan kondisi pasien, memasang alat pengamanan dan pasien tetap ,erasa nyaman dan aman dan observasin pasien.
2)      Mencegah infeksi nosokomial dengan criteria melaksanakan teknik aseptik dan antiseptic, menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan.
3)      Menjaga keselamatan pasien yang dibawah dengan brancar atau rolistoel dengan kelengkapan dan kondisi alat, mendorong branca atau rolistoel dengan hati-hati, observasi respon pasien.
4)      Mencegah kecelakaan pada alat listrik dengan criteria kelengkapan alat, memeriksa voltage listrik setempat, menggunakan alat secara tepat dan benar, obsevasi pasien.
5)      Mencegah kecelakaan pada penggunaan alat yang mudah meledak dengan kriteria kelengkapan dan kondisi alat, menggunakan alat secara tepat dan benar, memahami petunjuk penggunaan alat, menyimpan alat di tempat yang aman.
6)      Mencegah kekeliruan pemberian obat dengan kriteria tulisan dank ode pada lebel atau etiket harus jelas, warna tulissan tidak mudah berubah, lebel atau etiket dipasang pada tempat yang mudah dibaca, memasang label atau etiket pada tempat obat, meletakkan obat pada tempat yang ditentukan.
7)      Mencegah bayi tertukar dengan kriteria memberi identitas pada bayi dan ibunya, tulisan identitas haru jel;as, mengambil sidik jari kaki kanan dan kiri bayi, melakukan kros cek identisas bayi dilakukan oleh dua orang sebelum menyerahkan bayi kepada orang tua atau keluarga.
8)      Menyerahkan bayi kepada orang tua atau keluarga secara resmi (Mengisi format buku yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak).
9)      Mencegah kecelakn akibat faktor lingkungan dengan kriteria memelihara lantai tetap bersih dan kering, menyediakan tempat sampah, menyediakan keset kaki, mengatur penerangan.    
e.       Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik :
1)      Memandikan pasien dengan kriteria kelengkapan alat, menyiapkan lingkungan menyiapkan pasien, memandikan pasien secara sistematis melakuykan observasi 
2)      Mengganti pakaian pasien dengan kriteria kelengkapan pakaian mengganti pakaian sesuai dengan kondisi dengan membuka pakaian dimulai dari bagian tangan, kaki yang sehat, mengebnakan pakaian dimulai dari bagian tangan, kaki yang sehat dan melakukan observasi.
3)      Memelihara kebersihan mulut dengan menyikat gigi, membersihkan mulut dan memelihara gigi palsu.
4)      Mengganti alat tenun tempat tidur tampa memindahkan pasien dengan kriteria kelengkapan alat, mengganti alat tenun sasuai dengan kondisi dan observasi respons pasien.
5)      Mencuci rambut dengan kriteria kelengkapan alat, menyiapkan lingkungan, menutup telinga dan mata pasien, mengeringkan dan menyisir rambut dan melakukan observasi pasien.
6)      Menyisir rambut dengan kriteria kelengkapan alat, menyisir rambut yang panjang dimulai dari ujung dan melakukan observasi.
7)      Memotong kuku dengan kriteria kelengkapan alat, merendam jari tangan dan kaki dalam air hangat, memotong kuku dengan alat pemotong kuku sesuai dengan lingkungan anatomis dan observasi pasien.   
f.       Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur :
1)      Membantu pasien untuk istirahat dan tidur dengan kriteria mengatur posisi yang tepat, mengatur ventilasi dan pencahayaan, mencegah kebisinngan suara, memperhatikan kebersihan lingkungan, mengatur palaksanaan pengobatan atau tindakan keperawatan mengatur kunjungan dokter, mencegah tamu diluar jam kunjungan dan melakukan observasi pasien.
g.      Memenuhi kebutuhan gerak dan kesehatan jasmani :
1)      Mengatur posisi baring pasien antara lain posisi fowler, trendeleburg, SIM, dorsal recumbent, lithotomic, genupectoral.
2)      Melaksanakan mobilisasi dini sesuai dengan keebutuhan dan kondisi pasien dengan kriteria melatih pasien mengakat tangan dan kaki, melatih gerak pasif dengan mengakat dan menekuk tangan atau kaki secara berulang, melakukan observasi.
3)      Melaksanakan ambulasi dini denga kriteria melatih pasien memenuhi kebutuhannya sendiri, melatih pasien duduk, turun dari tempat tidur , berdiri dan berjalan secara bertahap, melatih pasien menggunakan alat bantu, metivasi pasien menggunakan alat bantu, motivasi pasien untuk latihan gerak dan observasi pasien.
4)      Mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi pada pasien tirah baring lama dengan kriteria memotivasi pasien untuk latihan gerak, mengatur posisi barang secara bergantian, memelihara pakaian pasien dan alat tenun tetap bersih dan kering. 
h.      Memenuhi kebutuhan spiritual :
1)      Membantu pasien beribadah dengan kriteria dengan membantu menyiapkan alat ibadah, membantu pasien melaksanakan ibadah, membantu pasien menghubungi pemuka agama, mendampingi pasien saat mendapat bimbingan spiritual.
2)      Memberi pelayanan mental spiritual kepada pasien yang gawat atau terminal dengan kriteria menyiapkan lingkungan, membantu menyiapkan alat-alat ibadah, membantu melaksanakan ibadah, membantu menghubungi pemuka agama, mendampingi pasien saat mendapatkan bimbingan spiritual, menunjukkan sikap empati dan simpati, dan mencatat dan menyampaikan pesan pasien kepada keluarga atau lainnya.
3)      Memberi pelayanan mental spiritual kepada pasien yang menghadapi sakaratul maut dengan meyiapkan lingkungan, memberikan keluarga berdoa, menunjukkan sikap empati dan simpati, melakukan observasi tiap 15 menit dan member kesempatan keluarga mendampingi pasien.
4)      Merawat jenazah kriteria menyiapkan lingkungan, membesihkan jenazah dari bekas pelaksanaan tindakan, memandikan jenazah, menutup seluruh lubang tubuh dengan kapas lambab dan menyerahkan barang milik pasien kepada keluarga secara tertulis.
i.        Memenuhi kebutuhan emosional :
1)       Melaksanakan program orientasi dengan kriteria memberikan penjelasan kepada pasien baru atau keluarga tentang peraturan rumah sakit, memberi penjelasan kepada pasien atau keluarga tentang penggunaan fasilitas, observasi perilaku pasien atau keluarga dan memperkenalkan pasien kepada perawat dan pasien lain.
2)      Melaksanakan komunikasi terapeutik dengan kriteria memanggil pasien sesuai dengan nama dan statusnya, menggunakan bahasa yang dimengerti pasien, menampilkan sikap, yang ramah dan sopan, memperlihatkan dan mendengarkan keluhan pasien.
3)      Menyiapkan mental pasien pra operasi dengan kriteria member kesempatan pada pasien untuk bertemu dengan keluarga, member kesempatan kepada pasien atau keluarga untuk berdoa.   
j.        Memenuhi kebutuhan komunikasi
1)      Secara langsung atau dengan lisan dengan criteria menanpilkan sikap sopan dan ramah, menggunakan bahasa yang dapat dimengerti menyampaikan informasi secara jelas, lengkap dan tepat waktu dan obseorvasi respons pasien.
2)      Secara tidak langsung atau tertulis dengan kriteria menggunakan kertas bersih, tulisan jelas, mudah dibaca dan observasi respons pasien.
3)      Menggunakan isyarat dengan kriteria memahami isyarat pasien dan member respons dengan isyarat yang dipahami pasien.
k.      Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis
1)      Mengukur suhu badan di aksila, di mulut, di rectum.
2)      Menghitung pernapasan.
3)      Menghitung denyut nadi.
4)      Mengukur tekanan darah.
5)      Menghindari kemungkinan terjadinya alergi obat dengan criteria mengetahui riwayat penggunaan obat, melakukan tes pada pertama kali pembarian obat tertentu, observasi respons pasien pasien dan mamberi identitas obat penyebab alergi pada kartu obat
6)      Melakukan tindakan darurat pada pasien keracunan obat dengan criteria menghentikan pemberian obat dengan segera, mengatur posisi baring, melonggarkan pakaian, melakukan pernafasan buatan pada pasien henti nafas, memberikan jenis obat untuk keadaan yang gawat berdasarkan protap, melakukan observasi tanda vital setiap 15 menit.
7)      Melakukan kompres panas.
8)      Melakukan kompres dingin
9)      Melakukan kompres dengan kirbat.
l.        Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan
1)      Melaksanakan pemberian obat melalui peroral, parenteral, subcutan, intra muscular, dan intra vena.
m.    Memenuhi kebutuhan penyuluhan
1)      Memberikan penyuluhan secara individual dengan kriteria mengidentifikasi kebutuhan penyuluhan, melaksanakann penyuluhan sesuai dengan kebutuuhan, menggunakan bahasa yang dapat dimengerti.
n.      Memenuhi kebutuhan rehabilitasi
1)      Melatih pasien menggerakkan anggota tubuh ditempat tidur
2)      Melatih pasien turun dari tempat tidur
3)      Melatih pasien berjalan
4)      Melatih pasien menggunakan alat bantu
5)      Melatih pasien menggunakan tongkat penyangga
Ø  Standar 7 : Evaluasi Keperawatan
a.       Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
b.      Evaluasi hasil menggunakan indicator perubahan fisiologi dan tingkah laku pasien
c.       Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasihkan untuk diambil tindakan selanjutnya.
d.      Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan
e.       Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar (tujuan yang ingin dicapai dan standar praktek keperawatan).
Ø  Standar 8 : Catatan Asuhan Keperawatan
a.       Catatan dilakukan selama pasien di rawat inap, rawat jalan dan kamar tindakan
b.      Catatan digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan.
c.       Catatan dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan.
d.      Penulisan catatan harus jelasdan ringkas serta menggunakan istilah yang baku.
e.       Catatan mengacu kepada pelaksanaan proses keperawatan
f.       Setiap percatatan harus mencantumkan inisial atau nama perawat yang melaksanakan tindakan, catatan menggunakan formulir yang baku.
g.      Catatan disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku
4.      Memiliki Organisasi Profesi
Saat ini Indonesia memiliki organisasi profesi keperawatan dengan nama PNNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (lihat pada bagian lampiran). Sedangkan organisasi keperawatan dunia dengan nama Internasional Council of Nurse (ICN).

C.    Peran dan Fungsi Perawat
1.      Peran Perawat
Merupakan tingkah laku diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari  profesi perawat  maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan. Peran perawat menurut konsorsium  ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokad pasien, pendidikan, coordinator, konsultan dan peneliti yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Pemberian asuhan kerawatan
 

Advokat klien
Pembaharuan
Kolaborator
Koordinator
Pemberian asuhan kerawatan
Konsultan
Edukator
 










a.       Peran  Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawatan dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehinnga dapat di tentukan diagnosis keperawatan agar bisan direncanakan dan dilaknasakantindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebnutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang paling sederhana sampai dengan kompleks.
b.      Peran Sebagai Advokat Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberian pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yagng diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas prifasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
c.       Peran Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.


d.      Peran Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasikan pelayanan kesehatan dan tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
e.       Peran Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melaluui tim kesehatan yang terdiri dari dokter fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
f.       Peran Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini diberikan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan

g.      Peran Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan kesehatan.
Selain peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan, terdapat pembagian peran perawat menurt hasil lokakarya keperawatan tahun 1983 yang membagi menjadi 4 peran diantaranya peran perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, peran perawast sebagai pengelola pelayanan dan istitusi keperawatan, peran perawat sebagai pendidik dalam keperawatan serta peran perawat sebagai peneliti dan pengembagan pelayanan keperawatan. 
2.      Fungsi Perawat
Fungsi merupakan suatau pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan peranya. Fungsi tersebut dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada, Dalam menjalankan peranya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya: fungsi independen, fungsi dependen dan fungsi interdenpeden.
a.       Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perwat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendri dalam melakukkan tindakan dalam rangka mememnuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolik, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktifitas, dan lain-lain), pemenuhan kebutyhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta dan mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri. 
b.      Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas pesan atatu instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biassanya dilakukan oleh perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksanan.


c.       Fungsi Intertdependen
Funesi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat salin ketergantungan di antara tim satu dengan lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apa bila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian peleyanan seperti dalam memberikan  asuhan keperawatan pada penderita yang mem peunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun, seperti dokter dalam memberikan tindakan pengobatan bekerja sama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.

D.    Tugas Perawat Berdasarkan Fungsi Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan
Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keprawatan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan. Tugas perawat ini disepakati dalam lokakarya tahun 1983 yang berdasarkan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah sebagai berikut:

No
Fungsi Perawat
Tugas Perawat
1.       
Mengkaji kebutuhan pasien atau klein, keluarga kelompok dan masyarakat serta sumber yang tersedi dan potensialb untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
-       Mengumpulkan data
-       Menganalisi mengintepretasikan data
2.       
Merencanakan tindakan keperawatan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat berdasarkan diagnosis keperawata.
-       Mengembangkan rencana tindakan keperawatn.
3.       
Melaksanakan rencana keperawatan yang meliputi upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit penyembuhan, pemulihan dan pemeliharaan kesehatan pencegahan penyakit penyembuhan, pemulihan dan pemeliharaan kesehatan termasuk pelayanan klien dan keadaan terminal.
-       Menggunakan dan menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu perilaku, sosial budaya ilmu biomedik dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.
4.       
Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan.
-       Menentukan kriteria yang dapat diukur dalam menilai rencana keperawatan.
-       Menilai tingkat pencapain tujuan
-       Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang diperlukan


5.       
Mendokumentasi proses keperawatan.
- Mengevaluasi data permasalahan keperawatan  
-       Mencatat data dalam proses keperawatan
-       Menggunakan catatan klien untuk memonitor kualitas asuhan keperawatan
6.       
Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari serta merencanakan studi kasus guna meningkatkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan dalam praktek keperawatan.
-       Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian dalam bidang keperawatan.
-       Membuat usulan rencana penelitian keperawatan
-       Menerapkan hasil penelitian dalam praktek keperawatan
7.       
Berperan serta dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada klien, keluarga, kelompok serta masyarakat.
-       Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan.
-       Membuat rencana penyuluhan kesehatan
-       Melaksanakan penyuluhan kesehatan
-       Mengevaluasi hasil penyuluhan kesehatan.
8.       
Bekerja sama dengan displin ilmu terkait dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien, keluarga, kelompok dan masyarakat.
-       Berperan serta dalam pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
-       Menciptakan komusikasi yang efektif baik dengan tim keperawatan maupun tim kesehatan yang lain.
9.       
Mengelola perawatan klien dan berperan sebagai ketua tim dalam melaksanakan kegiatan keperawatan
-       Menciptakan keterampilan manajemen dalam keperawatan klien secara menyeluruh.












BAB II
MODEL KONSEP TEORI KEPERAWATAN

A.    Pengertian
                  Konsep merupakan suatu ide dimanan terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir menjadi simbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konsetual atau model keperawatan. Teori itu sendiri merupakan sekolompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari oleh fakta-fakta yang telah diobservasi tetapi kurang absolute atau bukti secara langsung. (Aziz AH : 2004)
                    Teori keperawatan menurut Barnum tahun 1990 merupakan usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Melalui teori keperawatan dapat dibedakan apakah keperawatan termasuk disiplin ilmu atau aktivitas lainnya.
                     Teori keperawatan diginakan untuk menyusun suatu model konsep dalam keperawatan sehingga model keperawatan ini mengandung arti aplikasi dari struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk menerapkan cara mereka bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep kerperawatan ini digunakan dalam membentuk model praktek keperawatan, mengingat dalam model praktek keperrawatan  mengandung komponen dasar seperti adanya keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin dicapai dalam memberikan pelayanan kepada kebutuhan semua pasien serta adanya pengetahuan dan ketrampilan dalam hal ini dibutuhkan oleh perawatan dalam mengembangkan tujuannya.       

B.     Karakteristik Teori Keperawatan
               Teori keperawatan selain duigunakan untuk menyusun suatu model yang berhubungan dengan konsep keperawatan, juga memiliki karakteristik diantaranya pertama, teori keperawatan mengindentifikasi dan menjabarkan konsep khusus yang berhubungan dengan hal-hal nyata dalam keperawatan sehingga teori keperawatan didasarkan pada kenyataan –kenyataan yang ada di alam; kedua, teori keperawatan juga digunakan  berdasarkan alas an-alasan yang sesuai dengan kenyataan yang ada; ketiga, teori harus konsisten sebagai dasar-dasar dalam mengembangkan model konsep keperawatan; keempat, dalam menunjang aplikasi, teori harus sederhana dan sifatnya umum sehingga dapat digunakan pada kondisi apapun dalam praktek keperawatan; kelima, teori dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian keperawatan sehingga dapat digunakan dalam pedoman praktek keperawatan. (Aziz AH: 2004) 

C.    Faktor Pengaruh Teori Keperawatan
              Dalam perkembangan teori keperawatan saat ini terdapat beberapa pandangan yang dapat mempengaruhi teori keperawatan itu sendiri diantaranya filosofi dan Floronce Nightingale, kebudayaan, sistem pendidikan, serta penegmbangan ilmu keperawatan.


1.      Filosofi Florence Nightingale
         Florernce merupakan salah satu pendiri keperawatan yang meletakan dasar-dasar teori keperawatan yang melalui filosofi keperawatan yaitu dengan mengidentifikasikan peran perawat dalam menemukan kebutuhan dasar manusia pada klien serta pentingnya pengaruh lingkungan di dalam perawatan orang yang sakit yang dikenal teori lingkungannya. Selain itu Florence juga membuat standar pada pendidikan keperawatan serta standar pelaksanaan asuhan keperawatan yang efisien. Florence juga membedakan praktek keperawatan dengan kedokteran dan perbedaan perawatan pada orang yang sakit dengan yang sehat.
2.      Kebudayaan
            Kebudayaan mempunyai pengaruh dalam perkembangan teori-teori keperawatan diantaranya dengan adanya pandangan bahwavdalam memberikan pelayanan keperawatan akan lebih baik dilakukan oleh wanita karena wanita mempunyai jiwa yang sesuai dengan kebutuhan perawat, yakni keibuan, penuh kasih sayang dan keikhlasan, akan tetapi perubahan identitas dalam proses telah berubah seiring dengan perkembangan keperawatan sebagai profesi, kini banyak pria yang juga berminat di dunia keperawatan. Demikian juga yang dahulu budaya perawatan dibawah pengawasan langsung dokter, dengan berjalannya dan diakuinya dunia keperawatan sebagai profesi mandiri, maka hak dan otonomi keperawatan telah ada sehingga peran perawat dengan dokter bukan dibawah pengawasan langsung akan tetapi sebagai mitra kerja yang sejajar dalam menjalankan tugas sebagai tim kesehatan.
3.      Sistem Pendidikan
             Pada sistem pendidikan telah terjadi perubahan besar dalam perkembangan teori keperawatan. Dahulu pendidikan keperawatan  belum mempunyai sistem dan kurikulum keperawatan yang jelas, akan tetapi sekarang keperawatan telah memiliki sistem pendidikan keperawatan yang terarah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit sehingga teori-teori keperawatan juga berkembang dengan orientasi pada pelayanan keperawatan.
4.      Pengembangan Ilmu Keperawatan
Pengembangan ilmu keperawatan ditandai dengan adanya pengelompkan ilmu keperawatan dasar mrnjadi ilmu keperawatan klinik dan ilmu keperawatan komunikasi yang merupakan cabang ilmu keperawatan yang terus berkembang dan tidak menutup kemungkinan pada tahun-tahun yang akan datang akan selalu ada cabang ilmu keperawatan yang khusus atau subspesialisasi yang diakui sebagai bagian ilmu keperawatan sehingga teori-teori keperawatan dapat dikembanagkan sesuai dengan kebutuhan atau lingkup bidang ilmu keperawatan.

D.    Tujuan dan Teori Keperawatan
Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu keperawatan dan pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang ingin dicapaiP diantaranya:
1.      Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasn tentang kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam pelayanan keperwatan, baik bentuk tindakan atau bentuk model praktek keperawatan sehinggs berbagai permasalahan dapat teratasi.
2.      Adanya teori keperawatan membentuk para anggota profesi perawat untuk memahami berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan kemudian dapat memberikan dasar dalam penyelesaiaan berbagai masalah keperawatan.
3.      Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah dalam keperawatan dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan keperawtan sehingga segala bentuk dari tindakan dapat dipertimbangkan.
4.      Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsii dan filosofi keperawatan sihingga pengetahuan dan pemahaman dalam tindakan keperawatan dapat terus bertambah dan berkembang.

E.     Beberapa Pandangan Tentang Model Konsep dan Teori Keperawatan
Pandangan model konsep dan teori ini merupakan gambaran dari bentuk pelayanan keperawatan yang akan diberikan oleh perawat kepada klien dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia berdasarkan tindakan dan lingkup pekerjaan dengan arah yang jelas dalam pelayanan keperawatan. Dalam keperawatan terdapat beberapa model konsep keperawatan, yang ,memiliki keyakinan dan nilai yang mendasarinya, tujuan yang hendak dicapai serta menhetahui dan keterampilan yang ada. Beberapa model konsep keperawaran tersebut antara lain:
1.      Model Konsep dan Teori Keperawatan Dorothea Orem
Model konsep keperawatan menurut Dorothea Orem yang dikenal dengan Model Self Care memberikan pengertian bahwa benruk pelayanan keperawatan dipandang dari suatu pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan oleh individu dalam memenuhi kebutuhan dasar dengan tujuan mempertahankan kehidupan, kesehatan, kesejahteraan sesuai dengan keadaan sehat dan sakit.
Model Self Care (perawatan diri) ini memiliki keyakinan dan nilai yang ada dalam keperawatan diantaranya dalam pelaksanaan berdasarkan tindakan atas kemampuan. Self Care didasarkan atas kesengajaan serta dalam pengambilan keputusan dijadikan dalam tindakan, setiap manusia menghendaki adanya self care dan sebagai bagian dari kebutuhan dasar manusia,  seorang mempunyai hak dan tanggung jaawab dalam perawatan diri sendiri dan orang lain dalam memelihara kesejahteraan, self care juga merupakan perubahan tingkah laku secara lambat dan terus nenerus didukung atas pengalaman social sebagai hubungan interpersonal, self care akan meningkatkan harga diri seseorang dan dapat mempengaruhi dalam perubahan konsep diri.
Dalam pemahaman konsep keperawatan khususnya dalam pandangan dalam pemenuhan kebutuhan dasar, Orem membagi dalam kelompok kebutuhan dasar yang t yang terdiri dari pemeliharaan dalam pengambilan udara (oksigen), pemeliharaan pengambilan air, pemeliharaan dalam pengambilan makanan  pemeliharaan kebutuhan proses eliminasi, pemeliharaan dalam keseimbangan antara kesendirian dan interaksi social, kebutuhan akan pencegahan resiko pada kehidupan manusia dalam keadaan sehat dan kebutuhan dalam perkembangan kelomppok social sesuai dengan potensi, pengetahuan dan keinginan manusia.
2.      Teori Keperawatan Orem
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mendiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep praktek keperawatan Orem mengembangkan tiga self care diantaranya :
a.       Perawatan diri sendiri (self care)
Dalam teori self care, Orem mengemukakan bahwa self care meliputi ; pertama, self care itu sendiri, yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksanakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan, kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan; kedua, self care  agency merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan sosiokultural, kesehatan dan lain-lain; ketiga adanya tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandirinyang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri  dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat ; keempat, kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yan ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universall dan berhubungan dengan proses kehidupan  manusia serta dalam upaya mempertahankan fungsi tubuh, self care yang bersifat universal itu adalah aktivitasvsehari-hari (ADL) dengan mengelompokkan dalam kebutuhan dasar manusianya. Sifat dari self care selanjutnya untuk perkembangan kepercayaan diri serta ditujukan pada penyimpangan kesehatan yang memiliki cirri keperawatan yang diberikan dalam kondisi sakit atau dalam proses penyembuhan.
b.      Self Care Defisit
Merupakan bagian terpenting dalam perawatan secara umum dimana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan yang dapat diterapkan pada anak yang belumn dewasa, atau kebutuhan yang  melebihi kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam pemenuhan kebuutahan perawatan diri serta membantu dalam proses penyelesaian masalah, Orem mempunyai cara dalam melakukan perawatan diri serta membantu dalam proses penyelesaian masalah, Orem mempunyai cara dalam melakukan perawatan mandiri. Dalam pandangan teori sistem ini Orem memberikan identifikasi dalam sistem pelayanan keperawatan diantaranya:
1)      Sistem bantuan secara penuh (Wholly Compensatory System)
Adalah suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara total kepada pasien dikarenakan ketidak mampuan pasien dalam memenuhi tindakan perawatan secara mandiri yang memerlukakn bantuan dalam pergerakan, pengontrolan dan ambulasi serta adanya manipulasi gerakan, serta dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari (ADL) Pemberian bantuan sistem ini dapat dilakukan pada orang yang tidak mampu melakukan aktivitas dengan sengaja seperti pada pasien koma pada pasien yang sadar dan mungkin masalah yang lain akan tetapi tidak mampu dalam melakukan tindakan yang memerlukan ambulasi atau manipulasi gerakan, seperti pada pasien yang fraktur vertebra dan pasien yang tidak mampu mengurus diri sendiri, membuat penilaian serta keputusan dalam self care-nya dan pasien tersebut masih mampu melakukan ambulasi dan mungkin dapat melakukan beberapa tindakan self care-nya melalui bimbingan secara continue seperti pada pasien retardasi mental.
2)      Sistem bantuan sebagian (Partially Compensatory System)
Adalah bantuan pemberian perawatan diri secara sebagaian saja dan ditujukan kepada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal seperti pada pasien yang pasca oprasi laparatomi di mana pasien mempunyai kemampuan seperti, cuci tangan, gosok gigi, cici mulut, akan tetapi butuh pertolongan dalam ambulasi dan melakukan perawatan luka yang dilakukan oleh perawat.
3)      Sistem suportif dan edukatif
Merupakan sistem bantuan yang diberikan pada pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan dengan harapan pasien mampu memerlukan perawatan secara mandiri.
Sistem ini dilakukan agar pasien mampu melakukan tindakan keperawatan setelah dilakukan pembelajaran. Pemberian sistem ini dapat dilakukan pada pasien yang memerlukan informasi dalam pengaturan kelahiran.
Dalam pandangan tentang teori dan konsep keperawatan, Orem mempunyai pandangan bahwa teori dan konse dilakukan untuk merefleksikan antara individu dengan lingkungan, menggambarkan apa yang mereka lakukan, menggunakan kreasi dalam berpikir dan berkomunikasi, serta dalam melakukan perbuatan seharusnya sesuai dengan diri dan lingkungan sehingga dalam prakteknya Orem menggunakan langkah dalam proses keperawatan dengan mentukan diagnosis dan menganalisis dan menginterpretasikan dengan membuat keputusan, merancang sistem perawatan dengan merencanakan perawatan dengan merencanakan perawatan sesuai dengan sistem perawatan yang dibutuhkan, mengusahakan dalam pengaturan dan pengontrolan perawatan yang akan diberikan dalam memenuhi keterbatasan perawatan diri sendiri sendiri, mengatasi masalah keterbatassan serta mempertahankan dan menjaga kemampuan pasien dala perawatan diri. 

3.      Model Konsep dan Teori Keperawatan Sister Calista Roy
Adalah model dalam keperawatan yang menguraikan bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara mempertahakan perilaku secara adaptif serta mampu merubah perilsku yang maladaptive. Sebagai individu dan makhluk holistic memiliki sistem saraf adaptifbyang selalu beradaptasi secara keseluruhan. Dalam memahami konsep model teori keperawatan ini, Callista Roy mengemukakan konsep keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa pandangan dan keyakinan serta nilai yanbg dimilikinya diantaranya:
a.       Manusia sebagai makhluk biologis, psikologi, dan sosial yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya.
b.      Untuk mencapai suatu homeostatis atau intergrasi, seseorang harus beradaptasi sesuai dengan perubahan yang terjadi.
c.       Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusai yang dikemukakan oleh Roy, diantaranya :
1)      Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang dan mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang individu.
2)      Kontekstual stimulus, merupakan stimulus yang dialami seseorang, dan baik stimulus internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan secara observasi, diukur secara subjektif.
3)      Residual stimulus merupakan stimulus  lain yang merupakan ciri tambah yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar dilakukan observasi.
d.      Sistem adaptasi memiliki empat metode adaptasi diantaranya:
1)      Fungsi fisiologis, kompenen sistem adaptasi ini yang adaptasi fisiologis diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, intergritas kulit, indra, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis, dan fungsi endokrin.
2)      Konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain.
3)      Fungi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan bagainama peran seseorang mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhhubungan dengan orang lain.
4)      Interdependen merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.
e.       Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energy agar mampu melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan reproduksi dan keunggulan sehingga proses ini memiliki reproduksi dan keunggulan sehingga proses ini memiliki tujuan untuk meningkatkan respon adaptif.
Secara ringkas pandangan Roy mengemukakkan bahwa individu sebagai makhluk biopsikososial dan spiritual sebagai satu kesatuan yang utuh memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Dalam mengemukakan model konsep praktek keperawatan, asumsi dasar yang dimiliki diantaranya sebagai makhluk individu yang utuh dan sehat, individu mampu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biopsikososial, setiap orang selalu menggunakan koping yang bersifat positif maupun negative. Untuk mampu beradaptasi setiap individu akan berespons terhadap kebutuhan fisiologi, kebutuhan akan konsep diri yang positif, kemampuan untuk hidup mendiri serta kemampuan akan berperan dan berfungsi secara optimal untuk memelihara integritas diri, dan individu selalu berada dalam rentang sehat-sakit yang berhubungan dengan koping yang efektif dalam memelihara proses adaptasi.

4.      Model Konsep dan Teori Keperawatan Virginia Handerson
Model konsep keperawatan yang dijelaskan oleh Virginia Handerson merupakan model konsep aktivitas sehari-hari dengan pemberian gambaran tugas perawat yaitu melakukan pangkajian kepada klien individu baik yang sakit atau sehat dengan memberikan dukungan kepada kesehatan, penyembuhan serta agar meninggal dengan damai.
Pemahaman konsep tersebut dengan didasari kepada keyakinan dan nilai yang dimilikinya diantaranya :
a.       Manusia akan mengalami perkembagan mulai dari pertumbuhan dan perkembangan dalam rentang kehidupan.
b.      Dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari individu akan mengalami ketergantungan sejak lahir hingga menjadi mandiri, pada dewasa yang dapat dipengaruhi oleh pola asuh, lingkungan, dan kesehatan.
c.       Dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari individu dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok diantaranya terhambat dalam melakukan aktivitas, belum dapat melaksanakan aktivitas.
Aktivitas hidup sehari-hari yang disampaikan oleh Handerson tersebur adalah sebagai berikut aktifitas bernapas secara noram, aktivitas minum dan makan sesuai dengan kebutuhan, aktivitas eliminasi secara normal, aktivitas bergerak dan memelihara postur tubuh, aktivitas tidur dan istirahat, aktivitas membuka dan memakai pakaian, aktivitas mempertahakan suhu tubuh normal dengan berpakaian dan modifikasi lingkungan, aktivitas memelihara kebersihan tubuh dan berhias  diri, aktivitas mencegah kecelakaan dan bahaya, aktifitas komunikasi, aktivitas beribadah, aktivitas bermain, dan rekreasi, aktivitas bekerja aktivitas belajar atau memuaskan keingintahuan.

5.      Model Konsep dan Teori Keperawatan Betty Neuman
Model konsep yang dikemukakanoleh Btty Neuman merupakan konsep Health Care System yakni model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan yang ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan memperkuat gari pertahanan diri secara fleksibel atau normal maupun resistan dengan sasaran pelayanan adalah komunitas.
Gari pertahanan diri pada komunikasi tersebut meliputi gari pertahanan fleksibel, yaitu ketersediaan pelayanan, adanya perlindungan status nutrisi secara umum, tingkat pendapatan rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan sikap, masyarakat terhadap kesehatan dan garis pertahanan resistan yang meliputi adanya ketersediaan pelayanan kesehatan, tingkat pendidikan masyarakat, transportasi, tempat rekreasi dan cakupan dari pada garis pertahanan dengan penggunaan pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Model ini bertujuan agar terjadi stabilitas klien, dan keluarga dalam lingkungan yang dinamis, sehingga Betty Neuman menggambarkan peran perawat dapat bersifat menyeluruh dan saling ketergantungan. Betty Neuman dalam memahami konsep keperawatan ini memiliki dasar pemikiran yang terkait dengan komponen paradigm yaitu memandang manusia sebagai sistem terbuka yang selalu memncari keseimbangan dan merupakan satu kesatuan dari variabel yang utuh diantaranya fisiologis, psikologis, sosiokultural dan spiritual, juga memandang pelayanan keperawatan akan dipengaruhi lingkungan sekitar klien serta memandang sehat sebagai kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dan merupakan keseimbangan yang dinamis dari menghindari stressor.
Secara umum titik fokus dari model konsep keperawatan menurut Neuman ini berfokus pada respons manusia terhadap stressor serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses adaptasi. Untuk itu tindakan keperawatan yang seharusnya dilakukan menurut Neuman adalah mencegah atau mengurangi adanya reaksi tubuh akibat stressor. Upaya tersebut dapat juga dinamakan pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Pencegahan primer dapat meliputi berbagai tindakan keperawatan untuk mengidentifikasikan adanya stressor, mencegah raksi tubuh karena adanya stressor serta mendukung koping pada pasien secara konstruktif. Pencegahan sekunder menurut Neuman meliputi berbagai tindakan perawatan yang dapat mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit serta reaksi tubuh lainnya karena adanya stressor pencegahan tersier dapat meliputi pengobatan secara rutin, dan teratur serta pencegahan terhadap adanya kerusakan lebih lanjut dari komplikasi suatu penyakit. Upaya preventif tersebut dipentingkan dengan adanya pendidikan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.

6.      Model Konsep dan Teori Keperawatan Jean Waston
Jean Waston dalam memahani konsep keprawatan dikenal dengan teori pengetahuan manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan teori Jean Waston didasari pada unsure teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Waston ini memahani bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan diantara kebutuhan dasar biofisikal
a.       Kebutuhan untuk hidup
Yang melipitu kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal.
b.       Kebutuhan fungsional
Yang meliputi kebutuhan aktivitas dan istirahat, kebutuuhan seksual, kebutuhan psikososial
c.       Kebutuhan Interpretasi
Kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasio, dan kebutuhan intra dan interpersonal.
d.      Kebutuhan untuk pengebangan
Yang meliputi kebutuhan untuk berpretasi, kebutuhan aktualisasi diri
Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Waton memahami bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna yamg memilki berbagai macam ragam perbedaan, sehingga dalam upaya upaya mencapaikan kesehatan manusia seharusnya dalam manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik mental, dan spiritual karena sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan dalam meningkatkan status kesehatan mencegah terjadinya, penyakit, mengobati, berbagai penyakit mengobati berbagai penyakit dan penyembuhan kesehatan dan dan fokusnya pada peningkatan kesehatan dan pencegahanm penyakit.

7.      Model Konsep dan Teori Keperaeatan King
Teori keperawatan model King memahami model konsep dan teori keperawatan dengan menggunakan pendekatan sistem terbuka dalam hubungan interaksi yang kosntan dengan lingkungan, sehingga King mengemukakan dalm model instrasi
Dalam mencapai hubungan interaksi, King mengemukakan konsep kerjanya meliputi adanya sistem personal, sistem interpersonal dan sistem sosial.yang saling berhubungan satu dengan yang lain.
Menurut King sistem personal merupakan sistem terbuka di mana di dalamnya terdapat persepsi, adanya pola tumbuh, gambaran tubuh, ruang dan waktu dari individu dan lingkungannya, kemudian hubungan interpersonal merupakan suatu hubungan antara perawat dan pasien serta hubungan sosial yang mengandung arti bahwa suatu interaksi  perawat dan pasien dalam menegakkan sistem sosial sesuai dengan situasi yang ada. Melalui dasar sistem tersebut maka King memandang manusia merupakan individu yang reaktif yakni bereaksi terhadap situasi, orang dan obyek. Manusia sebagai makluk yang berorientasi terhadap waktu tidak terlepas dari masa lalu dan sekarang yang dapat mempengaruhi masa yang akan datang dan sebagai makluk sosial manusia akan hidup bersama dengan orang lain yang akan berinteraksi satu dengan yang lain.
Berdasarkan pemahaman tersebut, maka manusia memiliki tiga kebutuhan dasar yakni kebutuhan terhadap formasi kesehatan, kebutuhan terhadap pencegahan penyakit dan kebutuhan terhadap perawatan ketika sakit. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, King mengemukakan pendekatan teoriyang terdiri dari komponen yang dapat digambarkan sbb :
                                                               feedback
            Perawat
           
            Aksi                             Reaksi             Interaksi          Transaksi  

            Klien
                       
                                                   feedback


Berdasarkan gambar tersebut, dapat dijelaskan bahwa konsep hubungan manusia menurut King terdiri dari komponen :
a.       Aksi merupakan proses awal hubungan dua individu dalam berprilaku, dalam memahami atau mengenali kondisi yang ada dalam keperawatan dengan digambarkan hubungan perawat dank lien untuk melakukan kontrak atau tujuan yang diharapkan.
b.      Reaksi adalah suatu bentuk tindakan yang terjadi akibat dari adanya aksi dan merupakan respon dari individu.
c.       Interaksi merupakan suatu bentuk kerja sama yang saling mempengaruhi antara perawat dank lien yang terwujud dalam komunikasi.
d.      Transaksi merupakan kondisi di mana antara perawata dank lien terjadi suatu persetujuan dalam rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan.

8.      Model Konsep dan Teori Keperawatan Peplau
Model konsep yang dijelaskan oleh Peplau ini menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mencakup proses interpersonal, perawat-klien, dan masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit.
Proses interpersonal yang dimaksud antara perawat dengan klien ini memiliki empat tahap diantaranya :
a.       Tahao orientasi, dimana perawat dan klien melakukan kontrak awal untuk membangun kepercayaan dan terjadi proses pengumpulan data.
b.      Fase indentifikasi peran perawat, apakah sudah melakukan atau bertindak sedbagai fasilitas yang menfasillitasi ekspresi perasaan klien serta melaksanakan asuhan keperawatan.
c.       Fase ekplorasi, dimana perawat telah membantu klien dalam memberikan gambaran kondisi klien.
d.      Fase resolusi, dimana perawat berusaha untuk secara bertahap kepada klien untuk membebaskan diri dari ketergantungan kepada tenaga kesehatan dan menggunakan kemampuan yang dimilikinya, agar mampu menjalankan secara mandiri. Pada model Peplau ini dapat dilihat adanya tindakan keperawatan yang diarahkan kepada hubungan interpersonal atau psikoterapi.

9.      Model Konsep dan Teori Keperawatan Johnson
Model konsep menurut Jhonson adalah dengan pendekatan sistem perilaku, dimana individu dipandang sebagai sistem perilasku yang selalu ingin mencampai keseimbangan dan stabilitas, baik di lingkungan internal maupun di lingkungan eksternal, juga memiliki  keinginan dalam mengatur dan menyesuaikan dari pengaruh yang ditimbulkannya. Sebagai suatu sistem, didalamnya terdapat komponen sub sistem yaqng membentuk sistem tersebut, diantara komponen sub sistem yang membentuk sistem perilaku menurut Jhonson adalah :
a.       Ingestif, yaitu sumber dalam memelihara integritas serta mencapai kesenangan dalam pencapaian pengakuan dari lingkungan.
b.      Achievement, merupakan tingkat pencapaian prestasi melalui ketrampilan yang kreatif.
c.       Agresif, merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri atau perlindungan dari berbagai ancaman yang ada di lingkungan.
d.      Eliminasi, merupakan bentuk pengeluaran segala sesuatu dari sampah atau barang yang tidak berguna secara biologis.
e.       Seksual, digunakan dalam dalam pemenuhan saling mencintai dan dicintai.
f.       Gabungan/tambahan, merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan tambahan dalam mempertahankan lingkungan yang kondusif dengan penyesuaian dalam kehidupan sosial, keamanan dan kelangsungan hidup.
g.      Ketergantungan, merupakan bagian yang membentuk sistem perilaku dalam mendapatkan bantuan, kedamaian, keamanan serta kepercayaan.

Berdasarkan subsistem tersebut diatas, maka bakan terbentuk sebuah sistem perilaku individu, sehingga Jhonson memiliki pandangan bahwa keperawatan dalam mengatasi permasalahan tersebut harus dapat berfungsi sebagai pengatur, agar dapat menyeimbangkan sistem perilaku tersebut. Klien dalam hal ini adalah manusia yang mendapat bantuan keperawatan dengan keadaan terancam atau potensial oleh kesakitan atau ketidak seimbnagan penyesuaian dengan lingkungan. Status kesehatan yang ingin dicapai adalah mereka yang mampu berprilaku untuk memelihara keseimbangan atau stabilitas dengan lingkungan.
10.  Model Konsep dan Teori Keperawatan Martha E. Rogers
Model konsep ini dikenal dengan konsep manusia sebagai unit. Dalam memahami konsep model dan teori ini, Martha mempunyai anggapan bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan, yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda.  Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis, manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi, serta dalam proses kehidupan manusia setiap individu akan berbeda satu sama lain dan manusia diciptakan dengan karakteristik dan keuinikan tersendiri.
Anggapan tersebut berdasarkan pada kekuatan yang berkembangan secara alamiah yaitu kebutuhan manusia dan lingkungan, kemudian sistem ketersediaan sebagai satu kesatuan yang utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik yang terdiiri dari integritas, resonansi dan helicy.
Integritas berarti individu sebagai satu kesatuan dengan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan, dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Resonansi mengandung arti bahwa proses kehidupan antara individu dengan lingkungan berlangsung dengan berirama dengan frekwensi yang bervariasi dan helicy merupakan terjadinya proses interaksi antara manusia dengan lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan-lahan maupun berlangsung dengan cepat.


**********